Wahid (50), orangtua Eti yang tinggal di Desa Paoman RT3/RW1 Blok Liberti Indramayu, kepada wartawan Senin mengatakan, selama empat tahun ia tidak bertemu dengan anaknya, dan baru bertemu setelah Eti pulang dalam keadaan sakit.
Ia mengatakan, selama Eti menjadi TKW tidak ada komunikasi sama sekali dengannya dan menurut temannya Eti selalu disiksa oleh majikan dan diperlakukan kasar seperti pekerja seks komersial.
Dia harus melayani kebutuhan biologis majikannya yang bekerja sebagai dokter.
"Eti diberangkatkan oleh PT Akbar Iksan Prima yang beralamat di Jalan Penggilingan Utara Cakung Jakarta Utara, dengan seponsor Hj Jubaedah warga Indramayu. Setelah satu tahun dikeluarkan oleh majikan pertama kemudian korban melapor kepada Agen tersebut, namun setelah di penampungan dirinya dijual kepada salah seorang dokter warga Malasyia," katanya.
Dia menambahkan, selama satu tahun kerja pada majikan pertama, dirinya tidak pernah menerima upah, begitu pun tiga tahun berturut-turut bekerja untuk majikan barunya. Jika orangtua hendak menghubungi Eti, dokter tersebut selalu memberikan kabar yang baik, namun tidak boleh berbicara dengan anaknya.
Sementara itu Edi Rustam ketua Pengurus Daerah Serikat Pekerja Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negri mengungkapkan, setelah mendapatkan laporan dari orangtua korban pihaknya menelusuri keberadaan Eti.
Dengan mencoba menelpon, ia menanyakan keadaan korban namun dokter Daya Shandra majikannya memaki dan mengancam jangan menghubungi lagi jika berani Eti akan dibunuh.
Dikatakannya, setelah mendapat ancaman dari dokter Daya Shandra pihaknya segera menghubungi KBRI Malasyia diterima oleh Hendra sebagai pegawai di kantor tersebut.
Alamat serta nomor telpon dimintai untuk ditelusuri lebih lanjur. Dua hari kemudian kabar sebenarnya Eti diterima dan hasilnya mengecewakan korban sudah tidak berdaya akibat disiksa.
"Siksaan yang diterima Eti sangat biadab, perutnya yang sedang mengandung bayi empat bulan harus digugurkan dengan cara diberi obat namun tidak berhasil, akhirnya perut korban di paksa supaya bayinya keluar oleh dokter,"katanya.
Dia menambahkan, Eti berhasil di bawa pulang ke Indonesia dengan kondisi sangat mengkhawatirkan, namun sempat dirawat dirumah sakit Medan kurang dari dua hari, terpaksa dibawa ke Indramayu karena permintaan kedua orangtuanya.
Salah seorang Pengurus TKI Indramayu menuturkan, selama perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu, Eti kekurangan biaya untuk menebus kebutuhan obat terpaksa orangtuanya harus mendadak mencari pinjaman.
Selama ini bantuan dari Pemerintah Kabupaten Indramayu belum mendapatkan apapun.
"Ia mencoba untuk meminta bantuan kepada Pemda setempat namun terlalu banyak langkah yang harus ditempuh sedangkan kebutuhan biaya perawatan sangat mendesak. Keluarganya berharap ada dermawan yang memberi bantuan untuk biaya pengobatan," katanya.
(ANT-061/Y003/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010