Jakarta (ANTARA New) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi makin menjauhi angka Rp9.050 per dolar yang diperkirakan akan dapat mencapai level Rp9.000 per dolar, karena pelaku asing masih melakukan pembelian rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar naik tipis tiga poin menjadi Rp9.037-Rp9.047 per dolar dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.040-Rp9.050.

Analis bidang Sekuritas, Michael Andy Surya di Jakarta, mengatakan, pembelian rupiah oleh pelaku pasar memicu mata uang Indonesia bergerak naik, namun aksi beli itu relatif masih kecil.

Pelaku pasar masih hati-hati untuk membeli rupiah, setelah tujuh bank Eropa dikenakan sanksi untuk menambah modal yang menunjukkan krisis keuangan di Eropa masih berlanjut, katanya.

Pelaku pasar, menurut dia juga menunggu isu mengenai bursa Wall Street apakah kenaikannnya berlanjut setelah laporan keuangan emitennya cukup mengecewakan.

Namun beberapa perusahaan AS seperti UPS dan Caterpillar menunjukkan kinerja yang lebih baik sehingga memberikan keyakinan bahwa ekonomi AS masih tumbuh, katanya.

Menurut dia, apabila indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menguat menjauhi angka 3.000 poin, maka kemungkinan rupiah juga menguat mendekati level Rp9.000 per dolar.

"Kami optimis peluang rupiah ke arah sana cukup besar, asalkan indeks BEI kembali menguat," ucapnya.

Ia mengatakan, kenaikan rupiah yang relatif kecil, karena pelaku juga mengamati kegiatan Bank Indonesia (BI) mengenai penambahan modal dan fungsi intermediasi.

BI menginginkan bank-bank menyalurkan kredit hingga 24 persen pada tahun ini, katanya.

Karena itu, lanjut dia peluang rupiah untuk naik mencapai angka Rp9.000 per dolar masih cukup besar, karena upaya BI terhadap perbankan meningkat penyaluran kreditnya untu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih besar lagi.

"Kami optimis upaya BI akan mendapat respon pasar, karena semester kedua 2010 pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari semester sebelumnya," katanya
(h-CS/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010