Caracas (ANTARA News) - Presiden Venezuela Hugo Chavez, Minggu, mengancam memutuskan pasokan minyak ke Amerika Serikat jika Washington mendukung serangan militer Kolombia terhadap Venezuela dan memperingatkan Amerika agar tak ikut-campur dalam krisis itu.

Chavez memutuskan hubungan diplomatik dengan Bogota, Kamis, sebagai reaksi terhadap tuduhan Presiden Alvaro Uribe bahwa 1.500 gerilyawan Kolombia telah mendirikan kamp di dalam wilayah Venezuela dan akan melancarkan serangan dari wilayahnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Pemimpin sayap-kiri itu mengatakan kalau Kolombia melancarkan serangan yang didorong oleh kekaisaran Yankee, "kami akan menghentikan pengiriman minyak ke Amerika Serikat, sekalipun setiap orang di sana harus makan batu".

"Kami takkan mengirim setetes minyak pun" ke Amerika Serikat, katanya.

Venezuela, salah satu anggota Organisasi Negara Pengeskpor Minyak (OPEC), adalah produsen dan pengekspor terbesar minyak Amerika Selatan.

Chavez mengatakan ia memiliki laporan intelijen bahwa "kemungkinan agresi militer terhadap wilayah Venezuela dari Kolombia" lebih tinggi dibandingkan sebelumnya "selama 10 tahun terakhir".

"Semuanya mengarah kepada pemerintah Kolombia, dan bahkan terlebih lagi ke Amerika Serikat --di sanalah terdapat orang yang bersalah," kata Chavez, pengeritik pedas kesepakatan pangkalan militer AS-Kolombia yang dicapai tahun lalu.

Angkatan Bersenjata Venezuela di sepanjang perbatasan dengan Kolombia ditempatkan "dalam kondisi siaga maksimal" oleh Chavez, guna mencegah kemungkinan penyusupan militer.

Saat ini, terdapat 20.000 prajurit yang digelar di sepanjang 2.000 kilometer perbatasan dengan Kolombia, kata beberapa pejabat militer.

Amerika Serikat, Jumat (23/7), memberi dukungannya kepada sekutu utamanya, Kolombia, dalam pertikaian paling akhir dengan Venezuela. Washington menyebut keputusan Chavez memutuskan hubungan diplomatik dengan Kolombia serta menyiagakan tentara di perbatasan adalah "reaksi yang mudah tersinggung" terhadap tuduhan Bogota.

Chavez, Ahad, mengisyaratkan kemungkinan peredaan ketegangan dengan Kolombia, ketika presiden terpilih Juan Manuel Santos menggantikan Uribe pada 7 Agustus.
(C003/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010