Berdasarkan hasil pemantauan dan analisa situasi pangan di semua kecamatan di Kabupaten Ende, hanya Kecamatan Detusoko dan Kecamatan Wewaria yang tidak masuk dalam kategori ancaman rawan pangan, karena tingkat ketersediaan pangannya di atas 99 persen.
Sepuluh kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Pulau Ende, Ende, Ende Selatan, Ende Tengah, Ende Utara, Ende Timur, Ndona, Ndona Timur, Wolowaru, dan Lio Timur masuk dalam kategori ancaman rawan pangan, kata Wangge.
Selama tahun 2009, katanya menjelaskan, ketersediaan pangan di Kabupaten Ende sebesar 76,07 persen dari total kebutuhan 42.206,21 ton, atau mengalami kekurangan pangan sekitar 10.101,94 ton.
Menurut Wangge, produksi pangan di Kabupaten Ende dari tahun ke tahun belum mencukupi kebutuhan masyarakat setempat, sehingga masih harus dipasok dari luar dalam bentuk beras untuk masyarakat miskin (Raskin), beras rawan pangan, beras untuk PNS yang diadakan Bulog serta perdagangan antarpulau.
Ia mengakui bahwa komoditas ubi kayu merupakan penyumbang terbesar bagi ketersediaan pangan di Kabupaten Ende dengan kelebihan produksi sampai 717,75 ton dari produksi normal.
Sementara komoditas yang mengalami kekurangan yakni padi sebesar 8.701,28 ton, jagung 2.487,73 ton, kacang tanah 110,74 ton, kacang hijau dan kacang lainnya mengalami kekurangan produksi sekitar 161,59 ton.
Wangge mengatakan rendahnya ketersedian pangan itu sebagai akibat dari rendahnya realisasi tanam untuk masing-masing komoditas jika dibandingkan dengan potensi lahan basah dan lahan kering yang ada di wilayah Kabupaten Ende, sehingga tingkat produktiftasnya pun rendah.
Ia menambahkan rendahnya produksi tanaman pangan juga karena ditimpah angin kencang, banjir, kekeringan yang lebih dari enam persen, dan curah hujan yang tidak menentu mencapai lebih dari 10 persen.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010