Klaten (ANTARA News) - Motif lurik berpotensi diakui oleh pihak asing apabila Indonesia tidak segera mengusulkan pada UNESCO sebagai warisan budaya asli, seperti yang terjadi pada batik.
"Bukan tidak mungkin lurik justru diakui oleh pihak asing jika tidak segera didaftarkan sebagai budaya asli Nusantara. Oleh sebab itu pemerintah diharapkan segera mengusulkan kepada UNESCO," kata peneliti dari UNS Solo, Mulyadi, di Klaten, Minggu.
Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu mengemukakan saat bersama rombongan meninjau salah satu UKM kerajinan tenun lurik Yu Siti di Desa Tulas, Kecamatan Karangdowo, Cawas, Klaten, Jateng.
Pengrajinnya telah mendapat bantuan pembinaan pengembangan disain oleh UNS dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Program Ilmu Pengetahuan dan daerah (IPTEKDA).
Menurut Mulyadi, pemerintah sebaiknya mengusulkan lurik sebagai budaya asli Nusantara, menyusul batik yang baru saja dikukuhkan sebagai Warisan Dunia dari Indonesia.
Terkait dengan adanya bantuan pembinaan pengembangan disain oleh UNS-LIPI, dia mengatakan bahwa hal tersebut dilakukan untuk melestarikan warisan budaya dan untuk mempertahankan lurik sebagai budaya asli Indonesia.
Secara umum, katanya, UKM lurik yang ada di Klaten saat ini adalah yang tersisa dari sekian banyak industri rumahan yang telah berhenti beroperasi.
"UKM tenun yang terhenti beroperasi dikarenakan kurangnya promosi daerah dan dukungan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait," kata Mulyadi.
Apalagi dengan maraknya penyerobotan dan pengakuan aset budaya oleh pihak asing, pemerintah daerah hendaknya bersikap proaktif dalam melestarikan aset budya daerah.
"Dengan adanya perlindungan lurik sebagai aset budaya nasional maka diharapkan UKM lurik bisa bertahan keberadaannya dan lebih baik kalau ada yang tumbuh lagi," katanya.
Siti Lestari, pemilik UKM Yu Siti, mengatakan adanya bantuan yang diberikan oleh UNS-LIPI tersebut ternyata mampu memberikan nilai positif, karena disain yang dijual ke masyarakat mendapat sambutan baik.
Diakuinya, sebelum perusahaan mendapat bantuan disain yang dijual kepasaran monoton dan terkesan kuno, sehingga pembeli tidak terlalu tertarik untuk membeli.
"Tapi dengan adanya bantuan dari UNS-LIPI maka omset penjualan kami bisa naik hingga 100 persen, sehingga terus terang kewalahan memenuhi permintaan masyarakat," katanya.(A025/M027)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010