Kedua belah pihak bertempur pada Kamis (29/4) di dekat Nokou, yang berjarak sekitar 20 km dari tempat di mana mantan presiden Idriss Deby terluka parah pada awal April, menjerumuskan negara ke dalam krisis.
Dewan tersebut mengatakan telah berhasil menangkis serangan pemberontak ke Nokou, dan bahwa 22 tentaranya sendiri terluka dalam pertempuran itu.
"Pencarian buronan terakhir terus berlanjut," katanya dalam sebuah pernyataan.
Belum ada komentar langsung dari para pemberontak.
Dewan militer yang dijalankan oleh putra Deby, Mahamat Idriss Deby, merebut kekuasaan setelah kematian Deby pada 19 April dan berjanji untuk mengadakan pemilihan dalam waktu 18 bulan. Pemberontak utara telah menolaknya dan terus melawan tentara di gurun pasir.
Transisi dan perselisihan di sekitarnya sedang diawasi dengan ketat di negara yang merupakan kekuatan di Afrika tengah dan sekutu lama Barat melawan militan Islam di seluruh Sahel.
Pada Kamis, satu kelompok yang menggambarkan dirinya sebagai koalisi pemberontak mengatakan mereka telah mengusir pasukan tentara Chad di wilayah barat laut Tibesti yang berbatasan dengan Nigeria.
Juru bicara militer Azem Bermendao Agouna kemudian mengatakan itu tidak benar dan tidak ada koalisi pemberontak yang beroperasi di daerah itu.
Deby terbunuh ketika dia mengunjungi pasukan yang memerangi pemberontak yang berbasis di Libya dari Front for Change and Concord in Chad (FACT), yang menentang pemerintahannya selama 30 tahun. Politisi oposisi telah mengutuk pengambilan kekuasaan dewan sebagai kudeta sejak kematian Deby.
Sumber: Reuters
Baca juga: Uni Afrika berbelasungkawa atas wafatnya Presiden Chad Idriss Deby
Baca juga: Serangan Boko Haram tewaskan 92 tentara Chad
Baca juga: Pemimpin oposisi Chad ditangkap di Prancis
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021