"Kami masuk ke energi baru terbarukan dalam rangka mewujudkan salah satu visi perusahaan, yaitu peduli terhadap lingkungan," kata Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto dalam konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Kesuksesan kerja sama PLTS dengan Angkasa Pura II di Bandara Soekarno Hatta juga menjadi alasan Bukit Asam untuk mengembangkan PLTS dengan skala yang lebih besar melalui pemanfaatan lahan pascatambang.
Baca juga: Kementerian ESDM: PLTS atap kunci keberhasilan bauran energi nasional
Emiten tambang batu bara berkode saham PTBA itu berencana menggarap proyek PLTS di lahan pasca tambang Ombilin di Sumatera Barat dan lahan pasca tambang Tanjung Enim di Sumatera Selatan dengan kapasitas daya listrik masing-masing sebesar 200 megawatt.
Total lahan yang disiapkan untuk kedua proyek PLTS tersebut mencapai 400 hektare yang merupakan lahan sah milik perseroan, sehingga tidak perlu melakukan aksi pembebasan lahan yang cenderung rumit dan panjang.
"Kami yakin dengan lahan yang sudah kami miliki itu tidak akan menjadi beban pengeluaran untuk PLTS, sehingga produk yang kami hasilkan akan lebih kompetitif dan bisa diterima PLN," kata Suryo.
Baca juga: Kementerian ESDM: Pemerintah jadikan listrik surya penopang bauran EBT
Diketahui saat ini proyek tersebut sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa mendapatkan independent power producer.
Bukit Asam menargetkan konstruksi proyek PLTS lahan tambang Ombilin bisa rampung pada 2022, sehingga bisa segera beroperasi untuk menyuplai kebutuhan energi bagi masyarakat dan berkontribusi meningkatkan pertumbuhan bauran energi bersih nasional.
"Kami melihat suka atau tidak suka energi baru terbarukan merupakan peluang bisnis yang besar bagi kami ke depan. Jadi, itu yang melandasi Bukit Asam memilih PLTS di lahan pasca tambang," ungkap Suryo.
Baca juga: Anggota DPR ingatkan pemerintah agar fokus kembangkan PLTS
Baca juga: Tiga insentif untuk mendorong pertumbuhan PLTS atap
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021