Makassar (ANTARA) - Sejumlah organisasi kepemudaan di Sulawesi Selatan yakni Pemuda Pancasila Sulsel dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Makassar menggelar sholat ghaib untuk KRI Nanggala 402.
KRI Nanggala 402 merupakan kapal selam Indonesia yang karam dan tenggelam pada kedalaman 835 meter di laut Bali bersama 53 awak kapal, salah satunya seorang warga asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
"Dari sejak tenggelamnya kapal Nanggala 402, kami Pemuda Pancasila merasa prihatin dan berduka atas peristiwa ini, ditambah segelintir orang yang menyuarakan sesuatu yang tidak pantas di berbagai sosial media," kata Ketua Majelis pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sulsel Siti Diza Rasyid Ali di Makassar, Jumat.
Maka dari itu, selain melaksanakan sholat ghaib, juga dilakukan doa bersama, pembacaan Surah Yasin serta tabur bunga atas gugurnya para pahlawan di tengah samudra Indonesia tersebut.
Baca juga: Kasal pimpin tabur bunga untuk KRI Nanggala-402
Baca juga: Peringati Nuzulul Quran, GPK gelar doa bersama untuk awak KRI Nanggala
"Kami dari awal terpanggil untuk mendoakan, karena sampai saat ini para syuhada belum terangkat, sehingga kami sholat, Yasin dan mendoakan mereka apalagi kami tidak pernah mendengar soal kapal selam dan tiba-tiba ada berita soal tragedi ini," urainya.
Digelar di Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) Makassar, Sulawesi Selatan, Diza menyampaikan bahwa ini sengaja dilakukan karena ingin mengirimkan langsung doa bagi kru Nanggala 402 dari rumah mereka sendiri.
Ia berharap para pemuda Indonesia, khususnya pemuda Sulawesi Selatan harus berterima kasih atas perjuangan para pahlawan kru Kapal Selam Nanggala 402 yang gugur dalam tugasnya.
"Bagi kami, ini rumah mereka di Lantamal, tabur bunga memang harus kita lakukan karena kami menganggap itu sampai pada syuhada begitu rasa hormat, cinta dan terima kasih kami buat mereka," katanya.*
Baca juga: Shalat ghaib digelar SMPN 3 Banda Aceh bagi awak KRI Nanggala 402
Baca juga: Asosiasi awak kapal selam Jerman berduka bagi kru KRI Nanggala 402
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021