"Jika tidak ada aral melintang Menteri Perhubungan (Menhub) pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB tiba di Bengkulu menggunakan pesawat sendiri untuk melihat langsung kondisi pendangkalan pelabuhan Pulau Baai," kata Kepala Dinas Perhubungan dan Infokom Bengkulu, Ali Berti, Sabtu.
Dalam kunjungan sehari ke Provinsi Bengkulu, Menteri Fredi Numberi selain mengunjungi pelabuhan Pulau Baai juga akan melantik Pengurus Persatuan Selam Indonesia Cabang Bengkulu, karena Menhub menjabat Ketua Umum Persatuan Selam Pusat.
Dalam rangka kunjungan ke pelabuhan Pulau Baai untuk melihat dari dekat kondisi pendangkalan pelabuhan tersebut, diharapkan persoalan pendangkalan pelabuhan Pulau Baai dapat dituntaskan dengan cepat.
Dengan cepatnya penyelesaian pendangkalan pelabuhan laut terbesar di Provinsi Bengkulu ini, intensitas keluar masuk kapal ke pelabuhan ini diharapkan kembali normal dan meningkat, sehingga aktivitas bongkar muat barang bangkit lagi, katanya.
Selama ini, intensitas kunjungan kapal barang ke Bengkulu mengalami penurunan, terutama kapal besar yang mengangkut batu bara Bengkulu tujuan ekspor. Ini terjadi karena pelabuhan mengalami pendangkalan, sehingga kapal besar berbobot mati di atas 2.000 ton sulit masuk ke Bengkulu.
Meski kapal ukuran 2.000 ton bisa masuk ke Bengkulu untuk menuju dermaga harus dipandu oleh petugas Administratur Pelabuhan (Adpel) setempat.
Kondisi kedalaman pelabuhan Pulau Baai saat ini hanya tinggal minus 3,5 meter saja, sehingga kapal besar dipastikan tidak bisa masuk ke pelabuhan ini.
Karena itu, semua pihak di Bengkulu termasuk pengusaha agen kapal mendesak Pemprov Bengkulu dan PT Pelindo setempat segera menyelesaikan pengerukan yang kini sedang berlangsung.
Dengan demikian, kedalaman pelabuhan Pulau Baai kembali normal, sehingga kapal besar kembali lancar masuk ke Bengkulu.
Sementara itu Maneger PT Pelindo II Cabang Bengkulu, Indra Sani mengatakan, sejak pelabuhan Pulau Baai mengalami pendangkalan kunjungan kapal ke daerah ini berkurang. Akibatnya, pihaknya kehilangan potensi sumber pendapatan sekitar Rp25 miliar per tahun.
(ANT-212/S004/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010