Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi melaporkan adanya indikasi lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia dalam kurun sepekan terakhir akibat perilaku abai masyarakat terhadap protokol kesehatan.
"Kemarin kita tahu, biasanya laju kasus COVID-19 di Indonesia di bawah 5.500 kasus. Kemarin faktanya meningkat sebanyak 5.800. Artinya ada tambahan sebanyak 600 kasus," katanya saat memberikan keterangan kepada wartawan secara virtual, Jumat sore.
Walaupun kasus terkonfirmasi di Indonesia secara rata-rata masih dalam batas normal, kata Siti Nadia, namun peningkatan kasus kematian dalam sepekan terakhir meningkat sebanyak 20 persen.
"Begitu juga dengan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang terjadi peningkatan sebanyak 1,28 persen dengan jumlah spesimen rata-rata 12,2 persen," katanya.
Baca juga: Lima kluster baru COVID-19 muncul dalam sepekan terakhir di Indonesia
Baca juga: Bio Farma tunggu instruksi distribusi vaksin AstraZeneca dari Kemenkes
Sejak awal April 2021, kata Siti Nadia, Kemenkes telah memonitor adanya peningkatan mobilitas masyarakat menuju sejumlah lokasi seperti di kota transit, daerah wisata, maupun daerah lainnya.
Menurut Siti Nadia, situasi tersebut berkorelasi pada peningkatan jumlah kabupaten/kota berkriteria risiko tinggi, dari semula enam kabupaten, saat ini menjadi 19 kabupaten.
Kemudian daerah dengan risiko sedang yang semula 322 lokasi, saat ini bertambah menjadi 340 kabupaten/kota.
"Banyak daerah dengan risiko rendah, saat ini berubah jadi berisiko sedang dan tinggi," katanya.
Provinsi yang memperlihatkan laju peningkatan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per pekan di antaranya Banten, Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Gorontalo dan Lampung.*
Baca juga: Kemenkes teliti mutasi virus yang berpotensi dibawa pendatang India
Baca juga: Wamenkes: Perokok 1,9 kali lebih parah jika sakit COVID-19
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021