Sanaa (ANTARA News/AFP) - Seorang warga Arab Saudi diburu di Yaman dalam kaitan dengan serangan Al-Qaeda terhadap patroli militer yang menewaskan enam prajurit, demikian diumumkan kementerian dalam negeri, Jumat.
Menurut kementerian itu, sebuah kendaraan yang digunakan dalam serangan Kamis di Ataq, ibukota provinsi Shabwa, terdaftar di negara tetangga, Arab Saudi, dan pihak berwenang kini mencari mobil itu dan pemiliknya, yang diidentifikasi sebagai Ahmed Saleh Hadij al-Hammami.
Pernyataan kementerian itu tidak menjelaskan apa peranan yang dilakukan warga Saudi itu dalam serangan tersebut dan hanya mengatakan, mobil itu menyeberangi perbatasan Arab Saudi menuju Yaman pada 5 Juli.
Kementerian tersebut mengatakan, enam prajurit tewas dan satu orang terluka dalam serangan malam hari itu, yang terjadi di daerah pegunungan timur Yaman. Sebelumnya pihak berwenang menyatakan lima prajurit tewas dalam serangan itu.
Provinsi Shabwa merupakan markas seorang ulama garis keras dan pemimpin utama Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) Anwar al-Awlaqi, yang pada Jumat lalu dimasukkan oleh AS ke dalam daftar pendukung terorisme.
Situs resmi partai berkuasa Yaman, almotamar.net, mengutip kepala keamanan Shabwa Jendral Ahmed al-Maqdashi yang menuduh Al-Qaeda bertanggung jawab atas serangan itu.
AQAP hari Jumat mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan pada markas keamanan dan intelijen di kota Yaman bagian selatan, Zinjibar, pada 14 Juli yang menewaskan tiga polisi.
Kelompok Al-Qaeda itu juga telah mengakui bertanggung jawab atas serangan mematikan pada Juni terhadap markas intelijen di kota pelabuhan Aden, Yaman bagian selatan.
"Brigade Jamil Nasser al-Ambari menyerang markas besar intelijen di Aden, yang menewaskan tidak kurang dari 24 perwira dan prajurit," kata cabang Al-Qaeda Yaman dalam sebuah pernyataan, Minggu (11/7).
Para pejabat di Yaman menyatakan bahwa 11 orang, yang mencakup tujuh personel militer, tiga wanita dan seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun, tewas dalam serangan itu.
Pernyatan kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) juga menolak klaim pemerintah bahwa tersangka dalang serangan itu telah ditangkap, dengan mengatakan bahwa Goudol Mohammed Ali Naji tidak memiliki kaitan dengan serangan tersebut.
Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.
Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.
Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010