Jakarta (ANTARA News) - Kepala ekonom Bank Mandiri, Mirza Adityaswara mengharapkan Gubernur Bank Indonesia yang baru terpilih, Darmin Nasution, bisa benar-benar melakukan reformasi internal di otoritas perbankan itu.
"Pak Darmin bagus, harapannya reformasi internal di BI bisa berjalan," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Mirza mengatakan reformasi yang diharapkan dari BI adalah reformasi kepegawaian dan organisasi sehingga bisa membenahi juga sistem pengawasan dan pengaturan perbankan di Indonesia.
Selain itu, ia berharap kinerja BI untuk menjaga kestabilan moneter yang sudah tercipta. "Tinggal BI sekarang mengawasi tiga hal penting seiring ekonomi yang sudah bergerak," ujarnya.
Mirza menyebutkan beberapa indikator yang patut diwaspadai seiring pulihnya ekonomi pasca krisis keuangan global adalah tingkat inflasi serta impor. "Kalau impor naik terus karena rupiah menguat, lama-lama defisit neraca berjalan yang saat ini masih positif bisa jadi negatif," tuturnya.
Selain itu, melemahnya dolar AS dan Euro juga harus diwaspadai karena perusahaan swasta mulai terlihat semakin banyak mencari pendanaan lewat utang luar negeri.
"Utang itu tidak salah asal dimonitor. Jangan sampai dipakai untuk hal-hal yang tidak produktif, impor dipakai bukan untuk produksi tapi untuk konsumsi saja," tambahnya.
Pada Kamis (22/7), DPR secara aklamasi menyetujui terpilihnya Darmin Nasution sebagai Gubernur BI.
Sebelum terpilih, Darmin Nasution menjalani uji kelayakan dan kepatutan selama dua hari sejak Rabu (21/7) hingga Kamis (22/7) sore.
Darmin memaparkan visi dan misinya yang diberi judul "Menghantarkan Bank Indonesia Bangkit: Pemikiran tentang Peran dan Fungsi Bank Sentral dalam Era Pembangunan Ekonomi Indonesia Pasca Krisis".
Ia menjanjikan pembenahan internal untuk menjadikan institusi tersebut lebih kredibel di mata bangsa Indonesia. Darmin memaparkan empat langkah yang akan dilakukannya jika terpilih menjadi Gubernur BI.
Pertama, ia akan mereview peraturan di sektor perbankan agar lebih cocok dengan kebutuhan kapasitas pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan bangsa saat ini.
Menurut dia, beberapa peraturan di bidang perbankan diterapkan dengan latar belakang situasi krisis, sehingga tidak cocok lagi untuk keadaan yang stabil dan solid seperti saat ini.
Langkah kedua yang akan diambil Darmin adalah mereview organisasi BI agar sesuai dengan kebutuhan bangsa akan bank sentral yang berfungsi optimal.
Peninjauan ulang atas organisasi BI akan mendukung terbentuknya sebuah bank sentral yang dapat bergerak dinamis, lincah, dan sensitif terhadap segala tantangan eksternal maupun domestik.
Ketiga, katanya, ia akan memberlakukan penyempurnaan terhadap pendekatan manajeman sumber daya manusia di BI secara bertahap tapi pasti, dengan mengedepankan prinsip merit dan budaya kerja berdasarkan kinerja.
Darmin menambahkan persoalan SDM di BI bukan terletak pada kualitas dan kompetensinya namun pada sistem kerja yang menciptakan paradigma berpikir yang lemah dalam dinamika dan perubahan. Hal itu bisa menimbulkan disfungsi BI dalam menghadapi saat genting pada krisis.
Keempat, kata Darmin, penguatan fungsi audit internal dan sistem informasi perlu diberlakukan segera dengan visi bahwa BI harus terus meningkat pencapaiannya seraya menjadi lebih akuntabel dan transparan atas segara proses `governance` yang terjadi di dalamnya. (E014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010