Abd Karim (30), suami Dahlia, di Sungguminasa, Jumat mengatakan istrinya menderita amandel dan berdasarkan hasil pemeriksaan, istrinya harus dioperasi.
"Saya sempat kesal karena petugas rumah sakit mengatakan obat bius dan dokter bedahnya tidak ada. Seharusnya pihak rumah sakit bisa mengantisipasi ketidaktersediaan fasilitas operasi, terutama obat-obatan seperti itu," tuturnya.
Karena ketidaktersediaan obat bius dan dokter bedah ini, keduanya akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Makassar. Namun, keduanya menolak dan memilih pulang ke rumahnya sambil mencari pengobatan alternatif.
"Saya tahu, istri saya hanya pasien yang menggunakan program pemerintah, yakni Jamkesda (jaminan kesehatan daerah) dan biasanya pelayanan pada Jamkesda berbeda dengan orang-orang yang berduit. Makanya, saya lebih baik pulang sambil mencari pengobatan alternatif," ujarnya.
Hajah Nurhayati, petugas bagian perawatan RSU Syekh Yusuf, yang dikonfirmasi membenarkan adanya pasien yang tidak tertangani karena ketidaktersediaan obat bius untuk operasi.
"Untuk sementara stok obat bius sudah tidak ada. Kami juga baru mengordernya. Biasanya satu atau dua hari obatnya baru ada," katanya.
Ia mengungkapkan, awalnya, keluarga kedua pasien tidak mau mengerti dengan kekosongan obat bius tersebut. Namun, setelah pihak dokter menjelaskan barulah keluarga pasien mengerti.
Direktur RSU Syekh Yusuf, dr. H. Salahuddin mengatakan tidaknya adanya stok obat bius itu bukan karena unsur kesengajaan. Pasalnya, setelah dikoordinasikan dengan distributornya ternyata obat biusnya juga sedang kosong.
"Obat bius ini tidak dijual bebas di apotik-apotik. Jadi, kami menunggu saja dari distributornya. Dan, kami sudah upayakan agar obat bius ini tersedia apalagi masuk dalam kategori kebutuhan rutin," katanya. (KR-MH/D007)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010