Medan (ANTARA News) - Kondisi Istana Lima Laras yang terdapat di Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, Sumut, terancam rubuh akibat tidak adanya perhatian terhadap salah satu peninggalan kerajaan Melayu tersebut.
"Dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama, jika tidak ada upaya perbaikan maka bangunan tersebut akan roboh. Ternyata istana megah tersebut tidak lagi megah karena cenderung tidak terurus," kata Staf peneliti Pusat Studi sejarah dan ilmu-ilmu sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan, Erond Damanik, di Medan, Jumat.
Ia mengatakan, kondisi areal istana tersebut sungguh memprihatinkan karena ditumbuhi oleh semak belukar yang cukup tinggi dan pada beberapa pilar beton istana itu terdapat ayunan anak bayi.
Beberapa bagian pintu masuk istana ditutup dengan palang kayu yang terkesan tidak rapi. Dibeberapa sisi halaman juga terdapat tanaman sayuran sehingga memperburuk nuansa bangunan.
Di bagian kanan bangunan terdapat sumur yang tidak terawat dengan sampah-sampah berserakan disekitarnya, hal yang sama juga terjadi pada bagian belakang istana yang ditubuhi rumput setinggi hampir satu meter.
Yang paling menghawatirkan adalah balok-balok kayu penyangga bangunan lantai dua dan tiga sudah terlihat lapuk. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya pelindung dari air hujan, sehingga mempercepat proses pelapukan.
"Sangat dibutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk melestarikan asset sejarah yang bernilai tinggi itu agar tetap eksis. Dengan demikian, proses pewarisan nilai-nilai sejarah tetap dapat berlangsung hingga keanak cucu," katanya.
Istana berarsitektur Melayu tersebut dibangun pada tahun 1912 era kepemimpinan Datuk Matyoeda, Raja Kerajaan Lima Laras XII diatas areal seluas 102 x 98 meter.
Bangunan tersebut memiliki empat anjungan dan pada tiap sisi bangunan dilengkapi dengan kisi-kisi dan ornamen atap yang bercirikan Melayu. Keseluruhan bangunan memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela serta tangga unik berputar dengan 27 anak tangga.
"Di depan istana terdapat sepasang meriam yang sudah bergeser dari posisinya. Pada meriam itu tidak terdapat tulisan penanda karena sudah berkarat dan tidak terawat," katanya.
(ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010