Jakarta, 23/7 (ANTARA) - Kementerian Kehutanan, c.q Badan Litbang Kehutanan akan menyelenggarakan Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia (TOI), pada 28-30 Juli 2010, bertempat di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Lokakarya yang bertema "Sinergi Multipihak Dalam Budidaya, Pelestarian Dan Peningkatan Kualitas Tanaman Obat Indonesia" ini, akan dibuka oleh Menteri Kehutanan, dengan rangkaian acara yaitu Talkshow, Semiloka, Temu Usaha dan Pameran. Peserta yang akan hadir yaitu Institusi Pemerintah, Pemda, BUMN, Perusahaan Swasta, Perguruan Tinggi, Petani, Pengusaha Jamu, Lembaga Permodalan, Praktisi Herbal, KADIN, dan LSM.
Tujuan lokakarya nasional TOI yaitu (1) mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam rangka konsolidasi, komunikasi dan sharing informasi dalam pengembangan TOI, (2) membangun sinergi dalam pengembangan TOI, (3) mendorong kepercayaan dan kemitraan antar pemangku kepentingan, menciptakan situasi yang kondusif dan solusi konkrit untuk memecahkan permasalahan dalam pengembangan TOI.
Indonesia adalah negara megabiodiversity yang kaya akan tanaman obat, dan sangat potensial untuk dikembangkan, namun belum dikelola secara maksimal. Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat (jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di Asia). Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan. Sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung (eksplorasi) dari hutan. Potensi tanaman obat di Indonesia, termasuk tanaman obat kehutanan, apabila dikelola dengan baik akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan. Negara berkembang mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan baku produk farmasi (38% untuk medical dan aromatic plants, 24% untuk vegetables saps dan extract, dan 11% untuk vegetables alkaloids). Tahun 2005, Uni Eropa tercatat sebagai net importir rempah dan herbal dengan total impor 358,2 ribu ton dan terus meningkat 4% per tahun sejak tahun 2003. Sebanyak 60% dari total rempah dan herbal Uni Eropa berasal dari negara berkembang, namun bukan berasal dari Indonesia melainkan Cina, India, Maroko dan Turki. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk pengembangan ekspor tanaman obat ke pasar Uni Eropa.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Masyhud, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Kementerian Kehutanan
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010