Ketua Steering Committee Dr. Adi Basukiriadi dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Dr. Fadel Muhammad memberikan dukungan sepenuhnya sehingga ATBC 2010 dibuka oleh Wakil Presiden RI. ATBC 2010 mencatat sejarah karena dihadiri oleh sekitar 900 ilmuwan dari lebih 60 negara di dunia. Presiden ATBC, Prof Frans Bongers, dalam sambutan pembukaannya menyatakan kegembiraan dan penghargaannya bahwa sektor kelautan dan perikanan masuk dalam Agenda ATBC untuk pertama kalinya.
Pertemuan yang dibuka oleh Wakil Presiden RI Prof Dr Budiono ini menurut Dr. Suseno Sukoyono Staff Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan RI yang merupakan salah satu inisiator masuknya sektor kelautan dan perikanan , dinilai sangat penting untuk lebih mengenalkan kepada dunia Internasional tentang keanekaragaman hayati kelautan Indonesia serta kebijakan Kelautan dan Perikanan Indonesia yang menempatkan konservasi sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan (pro sustainability).Dalam pertemuan ini dibahas berbagai hal : Keanekaragaman Hayati Pesisir dan Lautan, Perubahan Iklim dan Kehutanan berbasis Karbon, Kesehatan dan Konservasi, Sistim Pengetahuan Tradisional, Ekosistim di Papua dan PNG,Biogeografi di Wallacea, Orang-utan, Ornitologi, Entomologi, dan banyak lainnya.
Dr. Suseno Sukoyono yang juga Chairman symposium perikanan menyampaikan bahwa dalam agenda ATBC 2010 ini terdapat delapan simposium kelautan dan perikanan dengan menampilkan 64 pembicara nasional dan internasional. Para peneliti dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menampilkan hasil-hasil penelitian di bidang biotekhnologi.Seluruh symposium kelautan dan perikanan dihadiri dan menyita perhatian peserta ATBC dari mancanegara. Mr, Crispen Wilson pembicara dari Amerika Serikat, menegaskan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya tentang pengelolaan perikanan tradisional yang dapat dimanfaatkan dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan perikanan Indonesia. Dr. Purwito Martosubroto, Ketua Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan mengingatkan perlunya memperkuat pengelolaan perikanan skala kecil dalam rangka menghadapi perkembangan global tentang sertifikasi hasil tangkapan. Pertemuan ATBC berikutnya akan dilaksanakan di Tanzania.
Sumber :
Dr Suseno Sukoyono Hp 08111550025
Dr Adi Basukriadi Hp 081586193093
Data Dukung:
Tentang ATBC
ATBC (Association for Tropical Biology and Conservation) merupakan
organisasi profesi terbesar di dunia dalam hal biologi tropika dan pelestarian alam tropika. ATBC dibentuk pada tahun 1963, dengan misi memberdayakan riset serta memfasilitasi pertukaran pemikiran di bidang biologi dan lingkungan tropika. Sebagai suatu perhimpunan, maka ATBC menerbitkan suatu publikasi ilmiah berskala internasional yang kini menjadi salah satu terbitan paling terkemuka di bidangnya, yaitu Biotropica.
Fokus ATBC digalang dengan komprehensif, mulai dari sistematika hingga ekologi, dari jasad renik hingga flora fauna berukuran-besar, dari perairan tawar hingga kehutanan dan lautan. Dewasa ini ATBC bahkan mencakup dimensi manusia, dengan memperhatikan bahwa interaksi manusia seringkali berperan sangat menentukan terhadap disiplin biologi, dan interaksinya.
Pertemuan tahunan ATBC merupakan pertemuan yang penting, sehingga penyelenggaraannya pun dilaksanakan di berbagai penjuru dunia, sebagai contoh :
- 2001 : Banglore, India (symposia)
- 2002 : Panama City, Panama (symposia)
- 2003 : Aberdeen, UK (abstracts)
- 2004 : Miami, USA (abstracts)
- 2005 : Uberlandia, Brasil (symposia)
- 2006 : Kunming, China (abstracts)
- 2007 : Morelia, Mexico (abstracts)
- 2008 : Paramaribo, Suriname (abstracts)
- 2009 : Marburg, Germany
Tema
Tema ATBC 2010 adalah 'Keanekaragaman Tropika: Menghadapi Krisis Pangan,Energi dan Perubahan Iklim'. Dalam pertemuan ini akan dibahas berbagai hal:Keanekaragaman Hayati Pesisir dan Lautan, Perubahan Iklim dan Kehutanan berbasis Karbon, Kesehatan dan Konservasi, Sistim Pengetahuan Tradisional,Ekosistim di Papua dan PNG, Biogeografi di Wallacea, Orang-utan, Ornitologi,Entomologi, dan banyak lainnya.
Kepentingan ATBC 2010 terhadap pengembangan kapasitas SDM di Indonesia.ATBC 2010 dirancang dan diarahkan agar memberi dampak nyata terhadap konservasi dan pembangunan berkelanjutan, termasuk pengembangan kapasitas SDM terkait, sehingga tujuan ATBC pun diarahkan untuk mencakup hal-hal sebagai berikut :
- memfasilitasi kesempatan bagi ahli maupun praktisi biologi dan
konservasi (lebih dari 300 orang) untuk berinteraksi dengan ilmuwan
internasional, berbagai ilmu pengetahuan (dimana ilmuwan
internasional juga dapat belajar dari Indonesia) serta membangun
jaringan yang sinergis dan berkesetaraan,
- memfasilitasi sebanyak mungkin mahasiswa/i dan peneliti mudah
untuk mempresentasikan karya mereka, dan membangun kepercayaan
diri serta jaringan yang penting bagi pengembangan studi dan
penelitian mereka di masa mendatang,
- dalam skala internasional, menciptakan jaringan berkelanjutan bagi
Indonesia, terutama mendukung partisipasi ilmuwan dari luar Jawa,
termasuk Kawasan Timur Indonesia,
- menggalang kebersamaan ahli dan praktisi biologi dan konservasi
yang bekerja dalam kawasan Asia Pasifik (termasuk Malaysia,
Brunei, Singapore, the Phillipines, Papua New Guinea, Australia,
Timor Leste), menuju kerja sama lintas batas,
- memperkenalkan pada masyarakat internasional karya ilmiah para
peneliti Indonesia, untuk mendorong peningkatan kerja sama
internasional,
- memperkenalkan pada masyarakat internasional keanekaragaman hayati
yang luar biasa baik di darat maupun di laut.
Pengembangan kapasitas SDM merupakan salah satu aspek terpenting ATBC 2010.ATBC akan menyelenggarakan berbagai pelatihan-lokakarya, pendampingan oleh para ahli, dan yang paling penting, penyediaan beasiswa agar sebanyak -banyaknya mahasiswa/i, ilmuwan dan peneliti negeri kita dapat memperoleh manfaat pengetahuan ilmiah dan praktis, terkait pengelolaan sumber daya alam yang pada akhirnya memperkuat ketahanan di bidang sumber daya alam dan ekonomi, khususnya melalui pembangunan berkelanjutan dan perumusan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan.
ATBC juga akan memfasilitasi berbagai pernyataan kebijakan yang lebih berpihak terhadap negara tropika. Secara khusus, ATBC 2010 membuka kesempatan ilmuwan., peneliti serta berbagai lembaga terkait di negara tropika untuk melakukan diplomasi melalui ilmu pengetahuan, khususnya reposisi agar dunia internasional juga memperhatikan persepsi dan kebutuhan negara tropika. Melalui ATBC 2010 dapat dilakukan reposisi atau 'levelling the playing ground' terhadap ilmu pengetahuan yang selama ini melandasi perjanjian internasional seperti Convention on International Trade in Endangered and Threatened Species (CITES), Convention on Biodiversity (CBD),dan UNFCCC (UN Framework Convention on Climate Change).
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Soen'an H. Poernomo, M.Ed, Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, HP. 08161933911
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010