Nilai tukar rupiah terhadap dolar turun menjadi Rp9.058-Rp9.068 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.040-Rp9.050.
Analis Valas PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah di Jakarta, mengatakan, koreksi harga terhadap rupiah masih terjadi, karena pelaku pasar masih menjual rupiah, meski dolar AS di pasar regional melemah terhadap euro.
Hal itu akibat kekhawatiran mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Meski demikian, posisi rupiah tidak akan jauh masih berada di kisaran sempit antara Rp9.050 sampai Rp9.100 per dolar, katanya.
Rupiah, lanjut dia sempat berada dilevel Rp9.032 per dolar, namun posisi rupiah itu merupakan yang tertinggi pada tiga minggu lalu, namun kemudian tak menentu dalam kisaran yang sempit.
Mata uang Indonesia sebenarnya sudah dapat berada dibawah angka Rp9.000 per dolar, apabila Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi, katanya.
Fluktuasinya rupiah, menurut dia, karena faktor hot money di pasar yang suatu saat naik tajam dan suatu saat menipis. Jadi kenaikan rupiah itu bukan karena faktor fundamental ekonomi makro Indonesia.
Pergerakan rupiah yang menyempit itu, karena dijaga oleh BI agar tidak keluar dari koridor yang telah direncanakan, ujarnya.
Menurut dia, pergerakan rupiah yang tak menentu dalam kisaran sempit dinilai cukup aman, karena baik eksportir maupun importir akan dapat melakukan kegiatannya dengan baik.
"Kami optimis sampai akhir bulan ini rupiah masih berada dalam kisaran Rp9.050 sampai Rp9.100 per dolar," ucapnya.
(T.H-CS/B008/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010