Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi berada dalam kisaran sempit, karena Bank Indonesia masih tetap menjaga pergerakannya agar tidak melebar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun 10 poin menjadi Rp9.050-Rp9.060 per dolar dari penutupan sebelumnya Rp9.040-Rp9.050.

Analis Valas, Michael Andy Surya di Jakarta, mengatakan, Bank Indonesia (BI) menjaga rupiah agar tidak berada dalam kisaran yang melebar, apalagi pasar cenderung mendorong mata uang Indonesia bergerak mendekati level Rp9.000 per dolar.

"Kami memperkirakan BI akan tetap di pasar, karena khawatir apabila rupiah dibiarkan sesuai dengan kehendak pasar, maka mata uang Indonesia akan dapat mencapai angka Rp9.000 per dolar," ucapnya.

Akibat intervensi BI, menurut dia, mengakibatkan rupiah sulit bergerak naik bahkan cenderung melemah, meski berada dalam kisaran sempit.

Kondisi rupiah seperti itu memang dikehendaki oleh BI dalam upaya menjaga pendapatannya dari devisa tidak berkurang, ucapnya.

BI, lanjut dia menghendaki rupiah berada dalam kisaran antara Rp9.050 sampai Rp9.100 per dolar yang terus terjadi sepanjang bulan ini.

Meski pelaku asing tetap aktif bermain di pasar modal yang mendorong indeks harga saham gabungan naik hingga menembus 3.000 poin, namun rupiah cenderung sulit bergerak naik, katanya.

Bahkan bursa Wall Street cenderung dalam dua hari terakahir terus menguat yang terpicu oleh membaiknya laba perusahaan, namun rupiah masih berada kisaran sempit.

Karena itu, rupiah tidak akan dapat bergerak melebar, kecuali muncul isu positif yang kuat seperti akan masuknya perusahaan pemerintah, Pertamina yang diharapkan akan menggairahkan pasar modal maupun pasar uang, tuturnya.

Apabila listingnya Pertamina memberikan faktor positif yang kuat, maka rupiah akan dapat mencapai Rp9.000 per dolar, bahkan bisa meliwatinya.

"Kami optimis rupiah akan dapat menuju ke level Rp9.000 per dolar, yang menunjukkan bahwa faktor fundamental makro ekonomi berjalan dengan baik," ucapnya.
(h-CS/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010