Sintang (ANTARA News) - Banyak usulan masyarakat yang disampaikan ketika jaring aspirasi melalui forum musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tidak diakomodasi dalam anggaran.

Kepala Desa Sepan Lebang Kecamatan Kelam Permai Sintang, Jelitu Frans mengatakan usulan yang sudah dibuat dengan baik ketika musrenbang terkadang tidak dipandang sama sekali oleh para pemangku kebijakan. "Padahal untuk melaksanakan Musrenbang di desa itu bukan tidak menggunakan biaya," kata Jelitu.

Meskipun saban tahun selalu seperti itu, ia selalu berharap agar ada salah satu dari usulan mereka di desa bisa diakomodasi pemerintah. "Kami tidak akan meminta kalau kebutuhan itu belum mendesak," ucapnya.

Menurutnya, persoalan infrastruktur jalan jadi kebutuhan utama mereka. "Bisa dibayangkan ada jalan kami yang sudah belasan tahun tidak dapat sentuhan perbaikan, jelas ini kebutuhan kami yang mendesak," terangnya.

Secara teori kata dia, memang musrenbang itu efektif untuk menjaring aspirasi dalam upaya melihat kebutuhan pembangunan di suatu daerah, namun dari realisasinya ternyata masih belum mampu untuk membantu memenuhi kebutuhan desa sebenarnya.

"Musrenbang itu sudah bagus dan apapun program pemerintah tetap kita dukung. Namun janganlah kami diberi harapan kosong dan ini selalu berlangsung setiap tahun," ucapnya.

Di daerahnya, lanjut dia paling tidak tahun ini sudah masuk rencana jaringan listrik yang memang belum pernah ada sejak Indonesia merdeka. ?Selain itu juga sudah ada program PNPM Mandiri yang sedikit banyak bisa membantu perbaikan fasilitas umum di desa,? katanya.

Tanpa dukungan pemerintah daerah ia mengaku tidak bisa apa-apa sehingga harapannya pemerintah bisa memenuhi kebutuhan pembangunan di desa. "Terkadang juga ada pembangunan yang tidak masuk dalam usulan ketika musrenbang ternyata ada realisasinya, padahal bisa saja kebutuhan pembangunan itu belum kami butuhkan," tukasnya.

Sementara, Kepala Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai, Mamud mengatakan dalam perencanaan di tingkat Kabupaten, sudah selayaknya semua desa bisa ikut hadir. "Jadi bukan hanya perwakilan sejumlah desa karena bagaimanapun semua desa berkepentingan untuk mengawal apa yang sudah direncanakannya," kata dia.

Ia mengatakan, jalan menuju desanya juga butuh perbaikan segera apalagi ada aset budaya dan wisata di desanya berupa rumah betang. "Di rumah betang kami, bahkan orang dari luar negeri juga sering berkunjung, sementara kondisi jalan menuju kesana rusak. Jelas kami merasa kurang diperhatikan, padahal rumah betang kami sudah dijadikan aset budaya dan wisata," tukasnya. (ANT172/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010