Sanaa (ANTARA News/AFP) - Bentrokan-bentrokan baru antara gerilyawan Syiah Huthi dan kelompok suku yang didukung militer di Yaman utara menewaskan 20 orang, kata seorang pejabat, Kamis, sehingga jumlah kematian dalam kekerasan lima hari ini mencapai sedikitnya 69.

"Bentrokan-bentrokan keras terjadi pada tengah malam antara orang-orang suku Huthi dan Bin Aziz... menewaskan 20 orang dari kedua pihak," kata pejabat itu.

Pasukan Yaman yang ditempatkan di daerah itu turun tangan untuk menghentikan kekerasan di Harf Sufyan di provinsi Amran, Yaman bagian utara, tambahnya.

Gerilyawan menggunakan "berbagai tipe senjata" dalam upaya menguasai sejumlah lokasi dan memperketat pengepungan terhadap pedesaan Bin Aziz, kata pejabat suku yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Sumber-sumber suku dan gerilyawan mengatakan, Rabu, sedikitnya 49 orang tewas sejak bentrokan meletus pada Minggu.

Menurut mereka, konfrontasi itu melibatkan orang-orang Huthi dan para pendukung pemimpin suku Syeikh Sagheer Aziz, namun gerilyawan mengatakan bahwa bentrokan terjadi antara mereka dan militer.

Bentrokan-bentrokan terakhir itu terjadi setelah gerilyawan Syiah pada Senin (19/7) menyatakan mendukung sebuah kesepakatan antara partai berkuasa dan oposisi untuk memulai dialog nasional kelompok-kelompok yang bersaing di Yaman.

"Kami menyatakan puas dan mendukung kesepakatan antara Forum Bersama dan partai berkuasa Kongres Rakyat Umum," kata kelompok gerilya itu dalam sebuah pernyataan.

Kesepakatan yang dicapai Sabtu itu akan membuka jalan bagi "dialog menyeluruh yang tidak mengecualikan siapa pun", kata pernyataan itu, yang ditandatangani oleh pemimpin kelompok gerilya Syiah, Abdul Malek al-Huthi.

Perjanjian itu ditandatangani oleh partai berkuasa dan kubu oposisi Forum Bersama yang mencakup Partai Al-Islah, oposisi utama muslim, dan Partai Sosialis Yaman, serta kelompok-kelompok kecil lain.

Kesepakatan itu akan dipusatkan pada mekanisme untuk melaksanakan perjanjian Februari 2009 bagi dialog nasional dan penundaan pemilihan umum parlemen hingga April 2011 untuk memberi waktu bagi amandemen konstitusi Yaman dan restrukturisasi sistem politik negara itu.

Bentrokan sengit antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Syiah Zaidi, yang juga dikenal sebagai Huthi, meletus pada Agustus lalu. Gerilyawan Syiah mengeluhkan marjinalisasi politik, sosial dan keagamaan.

Gerilyawan Syiah dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan utara pada Februari. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.

Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.

Kelompok gerilyawan Zaidi atau Huthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010