Bengkulu (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional akan membangun stasiun peluncuran satelit di Pulau Enggano, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara.
Rencana itu disampaikan Sekretaris Utama LAPAN Bambang Kusumanto usai menggelar pertemuan dengan Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin di Gedung Daerah, Bengkulu, Kamis.
"Pertemuan hari ini untuk mematangkan rencana pembangunan stasiun peluncuran satelit di Pulau Enggano dan kami membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah," katanya kepada wartawan.
Bambang mengatakan untuk tahap pertama akan dilakukan penandatanganan nota kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Bengkulu dengan LAPAN pada 2 Agustus di Jakarta.
Selanjutnya, kata dia, akan dibentuk tim untuk melakukan sejumlah kajian dan survei untuk menentukan lokasi pembangunan stasiun peluncuran.
"Kami akan membuat studi kelayakan yang membutuhkan waktu enam bulan, kemudian analisis mengenai dampak lingkungan dan diharapkan pada 2011 sudah dimulai pembangunan fisik," katanya.
Selama ini, kata Bambang, LAPAN meluncurkan satelit ke sejumlah orbit melalui stasiun peluncuran Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.
Namun kapasitas stasiun peluncuran roket tersebut terbatas seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di sekitar lokasi peluncuran sehingga menimbulkan risiko yang lebih besar.
"Stasiun peluncuran di Enggano ini rencananya lebih besar dari kapasitas di Pameungpeuk dan lokasinya juga strategis dan penduduknya masih sedikit," katanya.
Sementara itu Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin menyambut baik rencana LAPAN tersebut karena akan membantu pemerintah dalam mengawasi pulau terluar itu.
"Kami mendukung penuh rencana ini dan akan disosialisasikan kepada masyarakat di Pulau Enggano bahwa keberadaan stasiun peluncuran satelit ini tidak membahayakan jiwa mereka," katanya.
Agusrin mengatakan luas areal yang dibutuhkan untuk membangun stasiun tersebut sekitar 200 hektare (ha) dari 40 ribu ha luas pulau yang berjarak 106 mil dari Kota Bengkulu itu.
Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang dihuni lebih dari 2.600 jiwa masyarakat adat yang terbagi dalam lima suku besar yakni Kaitora, Kaahua, Kauno, Kaharuba dan Kaharubi.(K-RNI/N002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010