Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis pagi turun 25 poin menjadi Rp9.065-Rp9.075 per dolar, karena tekanan pasar makin kuat, setelah Ketua Bank Sentral AS Ben Bernanke menyatakan prospek ekonomi global makin suram.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi Rp9.065-Rp9.075 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.040-Rp9.050.
Analis Valas, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan, kondisi memicu pelaku pasar domestik makin kuat untuk melepas rupiah lebih jauh dan membeli dolar.
"Kami memperkirakan rupiah akan kembali merosot hingga berada di level Rp9.100 per dolar pada akhir bulan ini," katanya.
Menurut dia, rupiah yang ideal berkisar antara Rp9.100 sampai Rp9.150 per dolar, sehingga aktivitas perdagangan akan berjalan dengan tenang.
Karena para eksportir maupun importir dapat melakukan kegiatan usaha dengan baik, ujarnya.
Ia mengatakan, kenaikan rupiah beberapa waktu lalu itu karena adanya hot money di pasar domestik bukan faktor fundamental.
Kalau kenaikan rupiah akibat faktor fundamental, Bank Indonesia kemungkinan akan membiarkan rupiah bergerak sesuai dengan kehendak pasar, katanya.
Ia mengatakan, meski rupiah terkoreksi, namun posisinya masih tetap aman karena berada dalam kisaran Rp9.000 sampai Rp9.100 per dolar.
"Kami optimis rupiah akan masih berada dalam kisaran tersebut, meski peluang untuk naik hingga mencapai Rp9.000 per dolar masih cukup besar," ucapnya.
Pelaku pasar, menurut dia juga menunggu laporan dari Badan Pusat Statistik mengenai inflasi Juni 2010. mengenai laju inflasi Juni 2010 yang diperkirakian meningkat.
Apabila laporan itu sesuai dengan perkiraan pasar, maka dikhawatirkan akan kembali menekan rupiah, ucapnya.
(h-CS/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010