Kupang (ANTARA News) - Semburan lumpur di lebih dari 20 titik di Desa Wiboa dan Hansisi, Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang, merusak lingkungan sekitar karena tumbuh-tumbuhan di sekitarnya mati kekeringan.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kabupaten Kupang Viktoria Kana di Kupang, Rabu menyebutkan, kawah di beberapa pusat semburan mulai digenangi air berlumpur.
Dia mengatakan, semburan lumpur itu mengandung gas metan sehingga tanaman di sekitarnya mati.
Pihakya menyarankan kepada warga Semau untuk tidak melakukan kegiatan di lokasi-lokasi di mana ada semburan lumpur, karena membahayakan kesehatan.
Bapedalda, kata dia, telah mengambil sampel lumpur untuk diteliti lebih lanjut. Ada beberapa hal yang harus diteliti, yakni kandungan sulfur, nitrat, kadar keasaman tanah, kebutuhan zat kimia terlarut dalam air dan kebutuhan biologi organisme dalam air.
Jika kandungan sulfur, nitrat, keasaman tanah, zat kimia terlarut melebihi ambang batas kelayakan yang ditentukan oleh peraturan Menteri Kesehatan, maka akan menimbulkan dampak bagi kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan atas (Ispa) dan berbagai penyakit lainya.
Kekhawatiran lainnya adalah semburan lumpur mencemari sumber air tanah.
Kana mengatakan, jenis sumburan lumpur yang terjadi di Kecamatan Semau Selatan, sama dengan semburan yang terjadi di Kecamatan Sulamu.
"Ini jenis gunung api lumpur, yang tidak berbahaya", katanya.
Meskipun demikian, pihaknya khawatir jika endapan lumpur terus menggunung dan endapan di bawahnya menghalangi pusat semburan, bisa terjadi letusan.
Selain di Pulau Sulamu, semburan lumpur serupa juga terjadi di beberapa lokasi di Desa Pantai Beringin, Kecamatan Sulamu, sekitar 70 km arah timur Kota Kupang.
Ciri-ciri semburan juga mirip, di mana ada bau belerang, bahkan di titik tertentu, semburan itu hanya beberapa centimeter dari bahu jalan.
Semburan bahkan menggenangi badan jalan, sehingga membahayakan pengendara motor yang lewat, jika tidak hati-hati melewati ruas jalan yang dilalui lumpur licin.
Sejumlah warga yang ditemui menganggap, semburan itu sebagai hal biasa, karena sudah lama berlangsung. (K006/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010