Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus, naik 53 sen menjadi 76,54 dolar per barel.
Minyak mentah Brent North Sea di London untuk penyerahan September meningkat 25 sen menjadi ditutup pada 75,62 dolar per barel.
Tetapi, "rally" di tengah optimisme laba AS melunak, menurut analis di BMO Capital Markets.
"Data makro terus menjadi bervariasi pada terbaik dan rally kehabisan momentum. Aksi harga lebih berombak daripada apa yang kita lihat akhir pekan lalu."
Para ahli memperkirakan kegelisahan pasar berlanjut dan minyak mengambil pendorong dari pasar ekuitas.
"Banyak tindakan minggu ini (di pasar minyak) akan didorong oleh apa yang terjadi di pasar ekuitas, khususnya karena musim laporan pendapatan perusahaan kuartal kedua mencapai puncaknya," kata analis MF Global, Ed Meir.
"Ini masih harus melihat bagaimana pasar akan memperlakukan pengumumanlaba mendatang dan apakah ini akan, pada kenyataannya, menjadi truf data makro yang dijadwalkan akan dirilis."
Saham Wall Street lebih tinggi pada Senin di tengah kekhawatiran baru melambatnya pemulihan Amerika Serikat dan karena musim laba perusahaan mencapai puncaknya.
Dow Jones Industrial Average naik 0,52 persen menjadi 10.150,16 poin sesaat sebelum penutupan.
Minggu ini, selain hasil korporasi AS, pasar akan fokus pada dua hari kesaksian Ketua Federal Reserve Ben Bernanke di kongres dan hasil dari apa yang disebut "uji ketahanan" pada kesehatan bank-bank Eropa pada Jumat.
Hasil yang dirilis minggu ini dari perusahaan-perusahaan besar termasuk Apple, Goldman Sachs, Morgan Stanley dan Yahoo!.
Pada awal perdagangan, minyak berada di wilayah negatif karena sentimen berkurang oleh data AS baru-baru ini yang suram, yang telah mendorong kekhawatiran tentang perlambatan permintaan di konsumen energi terbesar dunia, kata analis.
Wall Street jatuh pada Jumat setelah data sentimen konsumen dari University of Michigan lebih lemah dari yang diperkirakan dan lesunya laba kuartal kedua.
Indeks ini turun hampir 10 poin menjadi 66,5 pada Juli. Sebuah laporan pemerintah menunjukkan inflasi tetap jinak karena pemulihan yang rapuh mengganjal kenaikan harga. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010