Saat ini kondisinya juga, tidak memungkinkan untuk membangun pembangkit EBT
Tangerang (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang menargetkan lima ton sampah setiap hari dapat terolah menjadi pelet/briket yang dapat digunakan pengganti bahan bakar batubara bagi industri sistem Refuse Derived Fuel (RDF).
Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah dalam keterangannya di Tangerang, Selasa, mengatakan saat ini jumlah sampah yang diolah ada dua ton per hari.
Sampah dilakukan pengeringan melalui proses biodrying selama tiga hari dan dicacah menjadi bahan bakar energi terbarukan curah.
"Komposisi sampah yang kami olah yaitu 60 persen sampah perkotaan, 20 persen sampah rumah tangga dan 20 persen sampah cacahan kayu. Setelah dilakukan pencacahan maka volume akan mengalami penyusutan 50 persen, harapannya bisa mengurangi beban penampungan TPA sampah Rawa Kucing. Target kita adalah lima ton per hari sampah terolah secara bertahap," katanya
Pemerintah Kota Tangerang sudah melakukan kesepakatan bersama dengan PT Indonesia Power tentang penyediaan bahan bakar jumputan padat untuk cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Guna memaksimalkan tata kelolanya maka kami tinjau alur prosesnya, agar dengan cermat dapat kita hitung tahapan serta optimalisasi pengelolaannya," katanya.
Baca juga: 23.000 ton sampah dihasilkan setiap hari di Jabar, sebut DLH
Ia menjelaskan RDF adalah bahan bakar yang berasal dari sampah yang sudah melalui proses pemilahan homogenisasi menjadi ukuran kecil atau dibentuk menjadi pelet/briket yang dapat digunakan pengganti bahan bakar batubara bagi industri.
"Proses RDF ini kita pisahkan besi, kaca dan batu atau sampah yang keras lalu kita pilah sampah yang anorganik dan organik, lalu diolah menjadi bahan bakar alternatif," ujarnya.
Pemerintah Kota Tangerang melakukan kerja sama dengan PT Indonesia Power mengenai penyediaan bahan bakar jumputan padat untuk cofiring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan pengolahan sampah.
Teknologi pengolahan sampah menjadi bahan bakar jumputan padat atau Refuse Derived Fuel (RDF) merupakan salah satu teknologi yang mudah, murah, dan mampu mereduksi sampah dengan signifikan.
Direktur Mega Proyek PLN Ikhsan Asaad menuturkan riset dan pengembangan RDF sebagai bahan bakar energi terbarukan akan bermanfaat mengingat program ini tidak membutuhkan investasi yang besar.
"Saat ini kondisinya juga, tidak memungkinkan untuk membangun pembangkit EBT," kata dia.
Ikhsan menjabarkan di Pulau Jawa sistem yang dimiliki PLN over supply oleh karena itu upaya untuk meningkatkan bauran EBT dengan cofiring adalah cara yang efektif.
"Harapannya program ini juga bisa berlangsung di daerah lain seluruh Indonesia," katanya.
Baca juga: Kementerian ESDM: Pemerintah jadikan listrik surya penopang bauran EBT
Baca juga: Kemenperin dukung pengembangan EBT melalui kebijakan industri hijau
Pewarta: Achmad Irfan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021