"Antusiasme produsen otomotif di Indonesia cukup besar. Mereka sendiri yang menyampaikan pada saya bahwa akan mempertimbangkan Indonesia sebagai basis produksi mereka, karena itu saya melihat pada 2025 mimpi kita sebagai basis produksi rasanya semakin nyata," kata MS Hidayat kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan bahwa posisi geografis Indonesia yang mudah menjangkau negara-negara lain di dunia menjadi perhitungan tersendiri bagi prinsipal otomotif dunia.
Efisiensi biaya produksi hingga distribusi menjadi pertimbangan bagi setiap produsen otomotif, karena itu lokasi pabrik juga menjadi perhatian mereka.
Ia membenarkan bahwa masih ada beberapa hal pendukung yang perlu dibenahi oleh pemerintah agar biaya produksi industri otomotif di tanah air dapat ditekan, sehingga daya saing produksi di dalam negeri semakin meningkat.
Secara kualitatif, pemerintah menargetkan agar Indonesia dapat menjadi basis produksi jenis kendaraan "multi purpose vehicle" (MPV), "sport utility vehicle" (SUV), small economical sedan, truk komersial diatas 24 ton, medium size sedan, mobil hybrid, dan mobil premium di tahun 2025.
Pemerintah juga menargetkan dapat melakukan 80 persen desain motor mesin 4W untuk medium size sedan, memproduksi komponen berkualitas untuk kendaraan premium, dan menjadi suplier dari komponen kendaraan premium.
Hidayat menambahkan bahwa dari segi ketersediaan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung perkembangan Indonesia sebagai basis produksi otomotif bukan sesuatu yang mengkhawatirkan mengingat kalangan industrialis otomotif telah mengakui bakat dan talenta SDM Indonesia.
"Sekarang ini ekspor otomotif ke mancanegara ditangani langsung oleh tenaga-tenaga ahli Indonesia," tambahnya.
Karena itu, Hidayat berjanji akan tetap mendukung berkembangnya tenaga-tenaga kerja maupun tenaga ahli otomotif di tanah air, termasuk selalu mendata keberadaan desainer-desainer muda otomotif yang biasa muncul dari Perguruan Tinggi. "Itu tugas Dirjen saya untuk mendeteksi desain-desain baru yang inovatif dari anak bangsa," katanya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah tidak mempermasalahkan siapa yang akan memproduksi produk-produk inovatif tersebut karena hal yang terpenting adalah produk dapat diterima masyarakat, harga terjangkau, dan menggunakan teknologi handal.
"Tidak masalah siapa produsennya apakah dari Jepang atau Korea yang terpenting diterima masyarakat," katanya.
(V002/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010