Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Seorang pria tewas Senin ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah pemrotes di Kashmir India, kata polisi.

Insiden itu merupakan yang terakhir dari serangkaian peristiwa mematikan yang telah menyulut demonstrasi-demonstrasi besar anti-India.

Penembakan itu terjadi di Baramulla, sebuah kota sebelah utara Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India yang dilanda kekerasan separatis.

"Polisi terpaksa melepaskan tembakan setelah penggunaan pentungan dan gas air mata gagal membubarkan pemrotes," kata seorang polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP.

Polisi mengatakan, 13 orang lagi cedera dalam penembakan dan kekacauan berdesakan yang terjadi setelah demonstran lari berhamburan.

Beberapa pejabat India menggambarkan demonstrasi itu sebagai keras, namun penduduk menyatakan bahwa protes itu berlangsung damai.

Polisi itu tidak bisa mengidentifikasi korban namun mengatakan, ia adalah seorang "pria muda".

Dengan kematian terakhir itu, maka sudah 17 pemrotes dan warga biasa -- banyak diantara mereka remaja -- tewas di kawasan pegunungan Himalaya yang indah itu sejak Juni.

Demonstrasi anti-India meningkat tajam di Kashmir sejak 11 Juni ketika polisi membunuh seorang remaja pria berusia 17 tahun yang sedang melihat protes yang diadakan untuk menentang kekuasan New Delhi di kawasan tersebut.

Setiap kematian sejak 11 Juni menyulut kekerasan lebih lanjut meski telah ada seruan agar tenang dari Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah. Pemuda dan remaja seringkali termasuk diantara demonstran yang melemparkan batu ke arah pasukan keamanan selama pawai.

Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Puluhan pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.

Ketegangan di wilayah itu tinggi setelah polisi menuduh militer membunuh tiga warga sipil tidak berdosa pada April.

Militer semula menyatakan bahwa mereka membunuh tiga gerilyawan bersenjata namun kemudian memerintahkan penyelidikan dan mulai menindak dua perwira.

Kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia mendesak India mengadili para prajurit yang dituduh membunuh tiga warga sipil dalam bentrokan rekayasa di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010