"Permintaan parsel ada naik sekitar 15 persen dari tahun lalu," kata Jon Hendri, perajin rotan di Jalan Yos Sudarso, Kota Pekanbaru, Selasa.
Ia bersyukur pembeli keranjang parsel mengalami peningkatan saat kerajinan rotan semakin sulit bertahan, tidak hanya akibat pandemi, melainkan juga akibat harga bahan baku rotan yang terus naik. Sementara itu, perajin tidak bisa begitu saja menyesuaikan harga. Satu keranjang parsel harganya berkisar Rp15 ribu hingga Rp35 ribu tergantung ukurannya.
"Terpaksa kita mengakali dengan menghemat bahan baku, rotan kita belah dua untuk membuat keranjang parsel," katanya.
Perajin dari toko Rotan Kirana, Dina, mengatakan pemesan keranjang parsel tahun ini lebih banyak dari luar Kota Pekanbaru. Konsumennya sebagian besar adalah pengelola toserba, pengusaha parsel, dan sebagian kecil pembeli pribadi.
Ia mengatakan hingga pekan kedua bulan Ramadhan, sudah sekitar 800 keranjang parselnya telah laku. "Pembeli banyak dari Tembilahan, Bengkalis, dan Pekanbaru ada juga tapi dari luar kota lebih banyak," ujarnya.
Meski ada sedikit peningkatan penjualan, Dina mengatakan tidak berani membuat terlalu banyak keranjang parsel. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ia berani membuat hingga 1.000 keranjang lebih untuk Lebaran karena permintaan cukup tinggi.
"Tapi sejak tahun lalu tidak berani stok barang banyak karena harga rotan naik, belum lagi ada pandemi," ujarnya.
Akibat pandemi, lanjutnya, pekerjanya yang lama terpaksa diberhentikan dan semua produksi kerajinan rotan dikerjakan oleh keluarganya. Ia mengakui harga bahan baku rotan yang tinggi makin menyulitkan perajin. Harga rotan bulat untuk keranjang parsel yang sebelumnya Rp2.500 kini sudah Rp3.000 per batang. Sedangkan rotan tipis yang sebelumnya Rp750 ribu per bal isi 25 kilogram, kini mencapai Rp810 ribu.
"Kita hanya bisa bertahan, tak bisa untung besar," ujarnya.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021