Jakarta (ANTARA) - Wahana Visi Indonesia sebagai yayasan sosial kemanusiaan Kristen dengan pendekatan tanggap darurat, menilai penting bagi perempuan membangun ketangguhan bencana, terkait dengan peringatanan Hari Kesiapsiagaan Bencana.
""Kita percaya, dengan perempuan yang tangguh, maka keluarga pun tangguh," kata Pakar Gender Program SinerGi (Supporting Disaster Preparedness of Government and Communities) WVI Sutriyatmi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Hal tersebut, katanya, lantaran perempuan dalam kondisi bencana rentan mengalami kekerasan seksual, gangguan kesehatan reproduksi, kekerasan dalam rumah tangga, hingga menanggung beban ganda dalam menjalankan peran.
Dikatakannya, perempuan dapat berperan, mulai dari sebelum terjadi bencana dengan persiapan di tingkat keluarga dan komunitas, saat bencana terjadi perempuan juga dapat membantu evakuasi dan pertolongan pertama juga memastikan kebutuhan-kebutuhan spesifik berbasis gender, hingga pascabencana, seperti pemulihan ekonomi dan kesehatan mental.
Oleh karenanya, menurut dia, penting bagi perempuan untuk menjadi tangguh bencana agar mampu bangkit kembali dari kondisi terpuruk karena guncangan dan tekanan akibat bencana, baik secara langsung atau tidak langsung.
Dalam Webinar “Perempuan Tangguh Bencana untuk Keluarga yang Tangguh Bencana” yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DKI Jakarta dan Wahana Visi Indonesia, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DKI Jakarta Tuty Kusumawati turut memaparkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dalam kejadian bencana, 60-70 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut dia, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu hal yang esensial untuk dimiliki oleh masyarakat, termasuk kaum perempuan yang sudah seharusnya memiliki kesiapsiagaan, mengingat jumlah korban bencana sebagian besar adalah perempuan.
"Karena itu peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana mutlak diperlukan oleh perempuan. Perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan dan wawasannya tentang kesiapsiagaan bencana kepada anak-anaknya, keluarga dan lingkungan sekitarnya," kata Tuty.
Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Rian Sarsono menyebut didasari bahwa setiap kejadian bencana, terlihat perempuan memiliki jiwa untuk melindungi anak dan melindungi keluarga.
"Sehingga, sangat tepat menjadikan perempuan sebagai agen perubahan untuk membangun budaya sadar bencana, dimulai dari lingkungan keluarga," ujar dia.
Guna membekali perempuan, WVI memberikan pelatihan kebencanaan untuk para relawan perempuan. Salah seorang relawan bencana di Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara, Sumiyati (52), mengapresiasi berbagai pelatihan yang diadakan oleh WVI. Dia mengaku merasakan manfaat serta pengetahuan baru
mengenai kebencanaan yang didapatnya.
"Perempuan pun bisa berperan dalam memberi informasi, memberi bantuan dasar seperti menyediakan makanan melalui dapur umum, hingga membantu pemberian dukungan psikososial. Tetapi selalu ada tantangan, yaitu karena waktu yang terbatas dengan adanya tanggung jawab terhadap keluarga, juga adanya keterbatasan sumber daya," ujar dia.
Sejak awal tahun hingga April 2021, WVI hadir dan melakukan respons bencana pada kejadian gempa di Sulawesi Barat, banjir di DKI Jakarta dan dampak siklon tropis seroja di Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, sejak Maret 2020 WVI melakukan respon COVID-19 Pandemic Emergency Response di 14 provinsi yang menjangkau 1.373.843 masyarakat dan 333.173 anak-anak, juga Papua Education in Emergency Response di Jayawijaya dan Jayapura.
Tidak hanya melakukan respons saat terjadi bencana, WVI juga membangun masyarakat untuk tangguh bencana, termasuk pada satuan pendidikan (sekolah). WVI mendampingi dan melatih komunitas masyakarat, pemerintah daerah dan sekolah untuk memiliki rencana kesiapsiagaan bencana.
Selama kurun waktu 2018-2020, Wahana Visi Indonesia telah memfasilitasi pembuatan Rencana Kontinjensi Bencana di 125 desa/kelurahan di 35 Kabupaten/Kota, membangun kapasitas 125 Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) serta melaksanakan 92 kali simulasi bencana. WVI juga melibatkan perempuan dalam setiap respons, mulai dari tanggap darurat hingga pemulihan pascabencana.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021