Inflasi April relatif rendah dibandingkan pra COVID-19 di mana April 2019 tercatat inflasi bulanan sebesar 0,44 persen.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memproyeksikan inflasi pada April 2021 akan berada di sekitar 0,12 persen sampai 0,16 persen.
“Inflasi April secara bulanan diperkirakan sebesar 0,12 persen sampai 0,16 persen,” katanya kepada Antara di Jakarta, Senin.
Bhima menyatakan inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pangan saat Ramadhan seperti daging, ayam, cabai merah, dan minyak goreng.
Baca juga: Anies : DKI antisipasi inflasi jelang Ramadhan
Sementara itu untuk kenaikan harga pada minyak goreng terjadi karena ada kaitannya dengan harga CPO yang meningkat secara global.
“Inflasi April relatif rendah dibandingkan pra COVID-19 di mana April 2019 tercatat inflasi bulanan sebesar 0,44 persen,” ujarnya.
Ia menjelaskan faktor utama inflasi masih rendah adalah permintaan masyarakat yang masih rendah karena sebagian besar mengantisipasi pelarangan mudik lebaran dengan lebih banyak berhemat dan menunda belanja.
Ia menyebutkan penundaan belanja terjadi pada pembelian baju atau fesyen sehingga justru menurun saat Ramadhan tahun ini sedangkan kelompok kelas menengah menunda belanja sampai momen pemberian THR dilakukan.
Baca juga: Legislator: Perpanjang Bantuan Sosial Tunai, genjot daya beli Lebaran
Menurutnya, daya beli masih rendah karena pemulihan pendapatan masyarakat tidak merata seperti di sektor komoditas perkebunan dan pertambangan ada perbaikan harga jual namun di sektor lain seperti pariwisata dan jasa transportasi kondisinya masih menurun.
Oleh sebab itu, Bhima menuturkan pola pemulihan ekonomi saat ini bukan berbentuk huruf V melainkan huruf K karena ada sektor yang cepat pulih dan ada yang masih resesi secara berkelanjutan.
“Lebih baik secara umum inflasi tahun ini tapi nanti kita cek inflasi inti atau core inflation karena sebelum Ramadhan kondisinya deflasi. Pada Maret 2021 tercatat inflasi inti alami deflasi 0,03 persen. Ini sinyal permintaan belum pulih,” jelasnya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021