Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,2 persen menjadi 699,63 poin, tertinggi sejak 18 Maret.
Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia menguat pada awal perdagangan Senin pagi, memperpanjang keuntungan untuk sesi ketiga berturut-turut karena sentimen risiko dibantu oleh data terbaru yang menunjukkan pemulihan ekonomi dunia dari pandemi virus corona berjalan baik, sementara dolar AS berada di dekat posisi terendah dua bulan.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,2 persen menjadi 699,63 poin, tertinggi sejak 18 Maret.
Indeks telah mengalami kenaikan yang kuat akhir-akhir ini hingga mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut pada Jumat (23/4/2021) dan berada di jalur untuk kenaikan bulanan lagi. Sejak April 2020, indeks telah menawarkan pengembalian positif kecuali untuk tiga bulan.
Baca juga: Indeks saham Wall Street dibuka bervariasi
Indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,3 persen, sementara saham Selandia Baru naik 0,6 persen.
Nikkei Jepang turun 0,3 persen, sementara indeks acuan saham Australia melemah juga dengan libur umum di lima dari delapan negara bagian dan teritori negara itu.
Sentimen risiko didorong oleh indikator aktivitas manufaktur awal April yang keluar minggu lalu, yang menunjukkan awal yang kuat untuk kuartal kedua dengan data mencapai rekor tertinggi di Amerika Serikat dan menandakan diakhirinya resesi double dip di Eropa.
Investor menerima data yang kuat, mengabaikan kekhawatiran sebelumnya tentang potensi pajak AS yang lebih tinggi atas capital gain di bawah pemerintahan Biden.
Baca juga: Saham Hong Kong naik didukung saham teknologi dan perawatan kesehatan
Pada Jumat (23/4/2021), saham-saham AS berakhir lebih kuat dengan S&P 500 mencapai rekor puncak intraday hingga berakhir 1,1 persen lebih tinggi. Dow naik 0,7 persen, sementara Komposit Nasdaq bertambah 1,4 persen.
Indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 sedikit lebih lemah di awal perdagangan Asia pada Senin.
Data produk domestik bruto AS kuartal pertama akan dirilis pekan ini dengan ekspektasi aktivitas kemungkinan akan kembali ke level sebelum pandemi.
"Kami memperkirakan bahwa ekonomi akan menutup kesenjangan output dan naik di atas potensi pada paruh kedua tahun ini," tulis ekonom ANZ dalam catatan pagi, menyatakan akan lebih banyak kenaikan untuk saham.
Eropa “tidak bisa menandingi ini, tetapi saat 2021 berlanjut ke 2022, perbedaan pertumbuhan terhadap AS akan menyempit.”
Meskipun demikian, beberapa ekonom mengatakan pasar dapat mencapai titik lemah dalam beberapa bulan mendatang, yang mencerminkan kekhawatiran mulai dari meningkatnya kasus COVID-19 dan kekhawatiran bahwa sebagian besar manfaat dari stimulus fiskal besar-besaran telah diperhitungkan.
"Dinyatakan secara berbeda, ini mungkin kuartal terakhir di mana perusahaan-perusahaan dapat menghindari hukuman karena tidak melihat laba pulih dengan cepat dan/atau tidak memberikan panduan," tulis analis JPMorgan dalam sebuah catatan.
Mereka mengatakan "alasan bullish" untuk ekuitas akan didukung oleh pembukaan kembali dari penguncian virus corona, pengeluaran konsumen dan pendapatan perusahaan yang dikombinasikan dengan penurunan volatilitas pasar.
Di sisi lain, "alasan bearish" akan dipicu oleh inflasi, penundaan pembukaan kembali, pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan keuntungan perusahaan serta resesi komoditas.
Data terbaru yang kuat berarti obligasi dijual, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun tidak jauh dari level terendah enam minggu baru-baru ini di tengah ekspektasi Federal Reserve AS akan tetap akomodatif pada pertemuannya minggu ini.
Untuk mata uang, lira Turki beringsut lebih rendah menambah penurunan baru-baru ini dan mendekati titik terendah sepanjang masa, karena dinginnya hubungan dengan Amerika Serikat dan setelah kepala bank sentral yang baru mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga akan membahayakan ekonomi.
Indeks dolar AS bertahan di 98,881 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, tidak terlalu jauh dari terendah minggu lalu di 90,808, level yang tidak terlihat sejak 3 Maret.
Greenback sedikit lebih lemah terhadap safe-haven yen Jepang di 107,82. Terhadap euro, dolar turun 0,1 persen menjadi 1,2090 dolar. Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko tetap terjebak dalam kisaran sempit menjadi terakhir di 0,7744 dolar AS.
Dalam komoditas, minyak mentah AS turun 13 sen menjadi 62,01 dolar AS per barel dan Brent berada di 65,93 dolar AS, naik 18 sen pada awal perdagangan Asia.
Emas hampir tidak berubah pada 1.776,56 dolar AS.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021