Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber daya kelautan dan perikanan serta merupakan pemasok 10 persen komoditas perikanan dunia

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendorong kesadaran masyarakat terutama untuk meningkatkan konsumsi ikan dalam kesehariannya.

“Kominfo sebagai pengampu fungsi “government public relation” atau GPR bertugas menyampaikan informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah melalui pemanfaatan media, kualitas pengelolaan informasi publik dan komunikasi publik serta peningkatan akses informasi publik,” kata Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Ditjen IKP Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary, dalam keterangan tertuli di Jakarta, Ahad.

Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia, kata dia, berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber daya kelautan dan perikanan serta merupakan pemasok 10 persen komoditas perikanan dunia.

Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertujuan untuk bersama-sama membangun kesadaran gizi individu maupun kolektif masyarakat agar gemar mengonsumsi ikan, dengan harapan meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Dalam hal itu, Kementerian Kominfo melakukan upaya edukasi generasi muda, termasuk para mahasiswa dan generasi milenial pada umumnya, melalui lokakarya Generasi Positive Thinking (Genposting) Gemar Makan Ikan: Yuk Makan Ikan Agar Generasi Indonesia Sehat, Kuat, dan Cerdas.

Lokakarya itu, kata Septriana Tangkary, , bertujuan untuk menyampaikan program Gemarikan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi ikan.

Selanjutnya, Dirjen PDSPKP KKP Artati Widiarti mengajak semua audiens untuk makan ikan demi kemajuan bangsa.

Ia menambahkan bahwa makan ikan dapat meningkatkan kualitas SDM dan daya saing bangsa melalui generasi yang sehat dan cerdas, karena keunggulan ikan, diantaranya kandungan gizinya lengkap, baik gizi mikro maupun makro, yang bermanfaat untuk mencegah sindrom autisme, sumber Omega 3, meningkatkan imunitas, meningkatkan kelenturan pembuluh darah, sehingga baik untuk berbagai kelompok usia.

Ketua Departemen Gizi Kesehatan UGM, Toto Sudargo menyampaikan bahwa tingkat konsumsi ikan rata-rata di Indonesia tahun lalu hanya 23kilogram per orang per tahun. Sementara di Jepang mencapai 110 kilogram per orang per tahun.

Selain itu, di negara maju, konsumsi makanan laut menjadi bagian penting dalam kehamilan dan kelahiran. Toto mengingatkan bahwa jika tidak menemukan ikan laut, maka ikan air tawar pun tidak apa, meskipun kadar Omega-3 nya jauh lebih rendah dari ikan laut, apalagi ikan laut dalam.

“Ikan yang proteinnya paling tinggi adalah teri kering dan peda. Jadi tidak usah khawatir, ikan murah bukan berarti gizinya jelek,” katanya.

Praktisi Media Sosial, Rulli Nasrullah, mengajak para generasi muda untuk menyebarkan semangat Gemarikan melalui unggahan konten-konten positif melalui media sosial. Rulli juga membagikan berbagai tips untuk memahami algoritma berbagai platform media sosial untuk optimasi konten.

“Oleh karena itu, ketika kita berbicara media sosial, terkadang satu tulisan tidak baik yang dipublikasikan pada banyak akun akan mengalahkan ribuan konten baik yang hanya dipublikasikan pada satu akun. Oleh karena itu, tetaplah berbagi konten positif,” katanya.

Baca juga: Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan harus disertai hilirisasi perikanan

Baca juga: KKP gelar safari untuk tingkatkan konsumsi ikan nasional

Baca juga: Program diperluas, Gemarikan tidak hanya tingkatkan konsumsi ikan

Pewarta: Indriani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021