Jakarta (ANTARA) - Media sosial Twitter melakukan sensor terhadap berbagai cuitan yang mengkritisi penanganan pemerintah India dalam menangani kasus COVID-19.
Melansir The Verge, Minggu, penyensoran dimulai dari permintaan darurat Pemerintah India yang meminta 52 cuitan penanganan COVID-19 di India dihapus atau dihilangkan.
Beberapa cuitan yang dihapus berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat di India, Menteri negara bagian Bengal Barat, aktor, hingga sutradara.
Juru bicara Twitter mengungkapkan penyensoran yang dilakukan mengikuti regulasi dan kebijakan lokal di India.
Baca juga: Twitter konfirmasi bahwa Spaces akan hadir di web desktop
Pengguna yang cuitannya disensor atau dihapus akan diberi notifikasi oleh Twitter bahwa hal itu dilakukan karena telah melanggar regulasi di India.
"Saat kami menerima permintaan hukum yang valid, kami melakukan pengecekan baik dari regulasi yang dimiliki Twitter dan juga kebijakan hukum lokal. Jika kontennya melanggar aturan Twitter, maka dipastikan konten itu dihilangkan dari layanan kami," kata juru bicara Twitter.
Untuk kasus di India, jika tidak ditemukan pelanggaran dari regulasi Twitter namun ditemukan pelanggaran dari hukum regional maka cuitan hanya disensor untuk warga India.
"Dalam setiap penyensoran (di India) kami akan memberitahu pemilik akun secara langsung sehingga mereka paham bahwa kami menerima permintaan hukum terkait cuitan di akun tersebut," katanya.
Ini bukan pertama kalinya Twitter mendapatkan permintaan khusus dari Pemerintah India.
Sebelumnya pada Februari 2021, sempat terjadi aksi dari kalangan petani di India.
Sebagai respon hukum, Pemerintah India meminta sebanyak 500 akun ditutup dan dihilangkan cuitannya agar tidak dapat diakses oleh warga di India.
Regulasi di India terkait publikasi di media milik publik sangatlah ketat, penghapusan akun atau unggahan dilakukan jika dianggap mencemarkan nama baik pemerintah atau memicu kekerasan.
Penyensoran terkait penanganan COVID-19 di India terkait dengan fenomena "second wave" yang kini terjadi di India. Terjadi kelangkaan oksigen, obat-obatan, hingga ventilator di negara tersebut. Dilaporkan oleh John Hopkins Coronavirus Resource Center terdapat hampir 350 ribu kasus baru pada Jumat (23/4).
Dengan rekor kematian tertinggi mencapai 2.624 orang perharinya di tengah kondisi baru 1.5 persen dari warga India yang menerima vaksin COVID-19.
Baca juga: Twitter kini izinkan pengguna unggah gambar resolusi 4K
Baca juga: Gedung Putih gandeng media sosial untuk kampanye vaksin COVID-19
Baca juga: Twitter akan buka kantor Afrika pertama manfaatkan pertumbuhan pasar
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021