Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat dan Korea Selatan bersedia berunding dengan Korea Utara jika Pyongyang "menolak cara-cara provokatifnya", kata seorang pejabat tinggi AS, Kamis.
"Amerika Serikat dan Korea Selatan selalu menekankan, dan sikap kami jelas, bahwa kami siap dalam kondisi yang tepat untuk duduk berdialog dengan Korea Utara," kata Asisten Menteri Luar Negeri AS Urusan Asia Timur Kurt Campbell.
Namun, ia memperingatkan, Korea Utara harus menunjukkan komitmen untuk mengubah sikapnya sebelum para perunding AS dan Korea Selatan memulai dialog.
"Kami tidak ingin berunding hanya demi omong-omong saja. Harus ada sikap jelas bahwa Korea Utara menolak cara-cara provokatifnya dan menempuh sebuah jalan ke arah denuklirisasi Semenanjung Korea," katanya.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dijadwalkan mengunjungi Seoul pekan depan dalam sebuah lawatan yang akan mencakup persinggahan di Hanoi untuk menghadiri pertemuan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Hillary akan melakukan pembicaraan bilateral dengan para pejabat Korea Selatan di Seoul "untuk memastikan bahwa kami berkoordinasi secara dekat dalam langkah-langkah ke arah urusan yang mungkin dilakukan dengan Korea Utara di masa datang", kata Campbell.
Ketegangan meningkat sejak tenggelamnya kapal perang Korea Selatan, Cheonan, pada 26 Maret, yang disebut-sebut ditorpedo oleh kapal selam Korea Utara.
Dewan Keamanan PBB telah mengecam penenggelaman kapal Korea Selatan itu namun tidak secara langsung menyalahkan Korea Utara, meski AS dan Korea Selatan meminta kecaman PBB terhadap negara komunis itu.
Korea Utara telah membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal Cheonan di dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua negara Korea itu.
Hubungan antara kedua negara Korea itu memanas akhir-akhir ini setelah tenggelamnya kapal perang itu.
Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.
Sebanyak 46 orang awak Korea Selatan tewas ketika kapal perang itu tenggelam di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada Maret lalu dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan.
Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu.
Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.
Seorang diplomat Korea Utara mengatakan, Kamis (3/6), ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".
Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.
"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya.
Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian pedamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010