Jakarta (ANTARA) - Maestro pematung I Nyoman Nuarta memamerkan karyanya, termasuk karya hasil kontemplasinya di masa pandemi COVID-19 yang sudah terjadi satu tahun terakhir.
Ia leluasa menarasikan keindahan atau sebaliknya kegundahan di balik sosok-sosok patungnya.
"Saya gelisah seperti semua orang di masa pandemi. Pertanyaannya sama, kapan ini akan berakhir. Tetapi kalau kita terus bertanya, tentu tak mendapatkan jawaban. Karena saya seniman, maka jawaban saya ada pada karya-karya ini,” ujar Nuarta dalam keterangannya soal karyanya, Sabtu.
Karyanya itu dipamerkan di Linda Gallery, Hotel Shangri-La dengan tajuk "Road To Beijing" yang menjadi pembuka dari persiapan untuk pameran utama tahun berikutnya di Beijing, China.
Ada sembilan karya yang dipamerkan dari periode 2010- 2021 mulai dari “Sleepy Leopard II” (2010) sampai “Luh
III” (2021).
Pada karya-karya yang terentang dalam periode 10 tahun terakhir, Nuarta mencoba membawa dirinya menyusuri perjalanan ke dalam diri.
Sosok-sosok yang tampak dalam “Borobudur VI” (2018), “Gelora III” (2017), “The Champ” (2021) atau “Circle of Life” (2019), termasuk “Anugerah II” (2020), dan “The Legend of a Horse” (2020), adalah sosok-sosok fisikal, tetapi sosok-sosok itu adalah representasi dari pencarian Nuarta menyusuri diri sendiri.
Ia berharap lewat pamerannya itu ia bisa membagikan kebahagiaan lewat karyanya di masa-masa sulit.
"Setidaknya lewat keindahan kita bisa menghadirkan kebahagiaan,” kata pria yang menciptakan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Pulau Dewata itu.
Ia pun berharap Pameran di Beijing sebagai pameran utama dapat segera dihelat agar semakin banyak orang yang bisa merasakan kebahagiaan dari karyanya.
“Karya-karya sudah siap semua, tinggal pelaksanaannya, tetapi karena pandemi kita tunda. Semoga tahun depan bisa terlaksana,” tutup Nuarta.
Baca juga: 101 lukisan dan patung kelas dunia dilelang di Jakarta
Baca juga: "NuArte Park" suarakan "Nu-Art" untuk Bali
Baca juga: Nyoman Nuarta: Presiden siapkan dana abadi untuk seni-budaya
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021