Jakarta (ANTARA News) - Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) KH Ghazali Masruri menegaskan, arah kiblat dari Indonesia adalah barat laut, bukan arah barat seperti yang selama ini dipahami khalayak awam.
"Kiblat bukan di barat, tetapi di barat laut. Dari arah barat lurus bergeser sedikit ke utara kira-kira antara 20-25 derajat," kata Kiai Ghazali dalam seminar bertajuk "Kontroversi Arah Kiblat" yang digelar Lembaga Ta`mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) di Jakarta, Kamis.
Namun demikian, lanjutnya, untuk meluruskan arah kiblat tidak harus dilakukan pembongkaran masjid atau mushala, cukup shaf atau barisannya saja yang digeser.
"Pengelola masjid cukup menggeser arah sajadah saja, arah barisan salatnya. Ini kan tidak harus lurus dengan tembok, kalau memang temboknya tidak lurus kiblat," katanya.
Menurut Ghazali, hari Jumat (16/7) merupakan saat yang tepat untuk meluruskan arah kiblat. Berdasar data hisab LFNU, pada pukul 16.26 WIB besok matahari akan tepat berada di atas Ka`bah. Ini akan membantu umat Islam dalam meluruskan arah kiblat dengan cara yang sederhana, karena saat matahari tepat di atas Ka`bah segala sesuatu yang berdiri tegak bayangannya menuju kiblat.
"Harap kaum muslimin dapat memanfaatkan peristiwa ini untuk mengukur arah kiblat di rumah masing-masing, mushala dan masjid setempat," katanya.
LFNU sendiri mengimbau jajarannya di seluruh Indonesia untuk memelopori Gerakan Peduli Rosydul Qiblat (GPRQ), gerakan pelurusan arah kiblat, seperti yang pernah dilakukan pada bulan Mei lalu.(*)
(ANT/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010