Jakarta (ANTARA) - Bank investasi asal Amerika Serikat yang terlanjur sepakat mendanai Liga Super Eropa, JPMorgan, mengakui telah sangat salah menilai dampak proyek gagal itu.

"Kami benar-benar salah menilai bagaimana kesepakatan ini dipandang oleh komunitas luas sepak bola dan betapa hal ini berdampak kepada mereka pada masa mendatang. Kami akan menarik hikmah dari ini," kata JPMorgan seperti dikutip AFP.

Untuk menggulirkan kompetisi itu, JPMorgan sudah sepakat menyalurkan dana 3,5 miliar euro (Rp61 triliun) yang dibagikan kepada 12 tim pertama yang menyepakati proposal liga itu, ditambah tiga klub lainnya yang diharapkan bergabung dengan mereka.

Baca juga: Drama 50 jam Liga Super Eropa
Baca juga: Ketika sepak bola dieksploitasi hanya demi laba

Tetapi dalam kurun 48 jam pekan ini, badan sepak bola Eropa UEFA, yang didukung penggemar sepak bola dan para politisi, berhasil memadamkan pemberontakan 12 klub Liga Inggris, Spanyol dan Italia yang berusaha membentuk turnamen semi tertutup itu.

Sembilan klub, termasuk enam klub dari Inggris, seketika mundur, dan sekalipun Juventus, Barcelona daan Real Madrid yang presidennya Florentino Perez memimpin upaya pemisahan kompetisi itu masih menolak bertekuk lutut, proposal mereka dianggap sudah tidak lagi kredibel.

UEFA bertemu Jumat ini untuk membalas ulah sejumlah klub pencetus Liga Super Eropa itu, bahkan akan membahas nasib sejumlah kota yang menjadi tuan rumah Piala Eropa tengah tahun ini.

Baca juga: Tutup mulut soal Liga Super Eropa, Ronald Koeman justru kritik UEFA

Baca juga: Presiden Juventus pesimistis Liga Super Eropa bisa lanjut

Baca juga: Inter Milan dan Atletico Madrid resmi mundur dari Liga Super Eropa

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021