Banda Aceh (ANTARA News) - Gerombolan gajah liar mengamuk dan merusak tanaman dan rumah warga di pemukiman Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh sehingga membuat masyarakat di daerah itu resah.
"Dalam tiga hari ini setidaknya ada satu rumah dan sekitar empat hektare lebih kebun sudah dihancurkan gajah," kata Imum Mukim Bangkeh Geumpang Muhammad Sabi Basyah dihubungi dari Banda Aceh, Kamis.
Rumah warga yang hancur diamuk binatang berbelalai itu yakni milik Syawali Hanafiah di Gampong (desa) Bangkeh. "Rumahnya berkontruksi kayu, semuanya sudah hancur," tutur Sabi Basyah.
Akibatnya, Syawali bersama anak isterinya sekarang harus mengungsi ke rumah saudaranya yang juga berada di Kecamatan Geumpang, kata Sabi Basyah.
Tidak hanya rumah Syawali yang jadi sasaran tapi kebun warga juga jadi sasaran amukan binatang dilindungi itu. "Kebun Syawali bersama warga lain di pegunungan juga hancur oleh gajah," ujar Sabi Basyah.
Gajah liar kerap mengobrak abrik perkebunan berisi tanaman seperti kakao, pisang, durian dan dalam tiga hari ini diperkirakan ada empat hektare yang sudah rusak.
Dikatakan Sabi Basyah, ada tiga lokasi kebun warga berada di pegunungan Bangkeh, Geumpang yang parah terkena amukan gajah, selain milik Syawali juga Abu Bakar Ismail dan Hanafiah. "Tanaman coklat, pisang dan durian hancur meski tidak semua," ujarnya.
Ganasnya amukan gajah liar akhir-akhir ini membuat warga semakin was-was untuk ke kebun. "Warga sudah seperti kehilangan gairah untuk berladang, tapi apa boleh buat ini adalah pekerjaan mayoritas warga di sini," kata Sabi Bayah.
Upaya pengusiran dengan membakar meriam bambu dan meledakkan karbit diakui selama ini tidak membuat gajah-gajah liar itu takut.
Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh diharapkan membangun Concervation Rescue Unit (CRU) di Bangkeh Geumpang untuk mengantisipasi amukan gajah liar, karena CRU yang berada di Kecamatan Mane, Pidie sekarang dinilai jauh dari Bangkeh.
Pemerintah daerah diharapkan juga memperhatikan petani yang jadi korban amukan gajah liar di mana telah menghancurkan mata pencaharian mereka.
(PSO-187/H011/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010