Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun mengikuti serta memantau langsung pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 dari atas KRI Suharso.

Badung (ANTARA) - Saat konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Bali, Kamis (22/4), Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono memperkirakan kemampuan oksigen KRI Nanggala apabila berada dalam kondisi blackout mampu bertahan 72 jam atau kurang lebih 3 hari.

"Jadi, kalau kemarin (21/4) saat hilang kontak pukul 03.00 Wita, sampai Sabtu (24/4) pukul 03.00 Wita. Mudah-mudahan ini segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," kata Laksamana TNI Yudo Margono saat konferensi pers .

Kasal mengatakan bahwa kapal KRI Nanggala ini dalam keadaan siap, baik personel maupun material. Selan itu, sudah mendapat surat kelaikan. Bahkan, sertifikat kelaikan itu berlaku hingga 25 Maret 2022. Untuk itu, masih layak melaksanakan kegiatan operasi.

"Riwayat kapal ini sudah menembak torpedo latihan sebanyak 15 kali dan menembak torpedo perang dua kali dengan sasaran kapal eks KRI, keduanya tenggelam. Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kami libatkan untuk latihan penembakan torpedo latihan maupun perang," katanya menjelaskan.

Artinya, waktu tinggal beberapa jam lagi hingga Sabtu (24/4) pukul 03.00 Wita. Namun, indikasi keberadaan KRI Nanggala-402 yang dibuat tahun 1977 dan diterima angkatan laut delivery tahun 1981 buatan HDW Jerman itu agaknya mulai ada petunjuk.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Tentara Nasional Indonesia Mayor Jenderal TNI Achmad Riad menyampaikan KRI Rimau telah mendeteksi satu titik magnet cukup kuat di wilayah pencarian, yaitu di perairan utara Pulau Bali. Pihaknya akan mengejar dan menindaklanjuti temuan tersebut.

"Ada satu titik magnet yang cukup kuat, mudah-mudahan itu tidak berubah dan akan dikejar. Mudah-mudahan itu menjadi titik terang," kata Achmad Riad saat jumpa pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (23/4).

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono sebelumnya, Kamis (22/4), sempat menyebut KRI Rimau menemukan titik-titik magnet berkekuatan cukup tinggi pada kedalaman kurang lebih 50—100 meter dalam kondisi melayang.

"Temuan dari KRI Rimau itu rencananya akan turut ditindaklanjuti oleh KRI Rigel, yang kemungkinan akan tiba di lokasi pencarian pada Jumat siang atau sore," kata Riad.

Ia lanjut menerangkan sejauh ini wilayah pencarian KRI Nanggala-402 masih terkonsentrasi di perairan utara Bali.

"Wilayahnya masih 65 mil dari perairan utara Bali," kata Kapuspen TNI saat jumpa pers.

Pencarian yang berlangsung sejak beberapa hari lalu, telah mendapatkan beberapa petunjuk, di antaranya tumpahan bahan bakar minyak, yang diduga berasal dari KRI Nanggala-402.

Riad mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha memaksimalkan pencarian, terutama pada hari ini, menggunakan seluruh kapal milik TNI yang memiliki kemampuan deteksi bawah laut menggunakan sonar.

"Untuk saat ini, diutamakan kapal-kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar, memang tidak semua kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar, kapal-kapal yang ini diharapkan dari data awal akan digelar, yang jelas digelar di wilayah-wilayah tersebut," kata Kapuspen TNI.

Baca juga: TNI klarifikasi simpang siur informasi terkait KRI Nanggala-402

Sublock, Submiss, Subsar

Terkait dengan kemampuan oksigen dalam kapal yang bertahan 72 jam hingga Sabtu (24/04), Kapuspen mengatakan bahwa pencarian ini melalui tahapan sublock, submiss​​​​​​, dan subsar.

"Saat ini, proses masih ada di posisi submiss, ya, jadi istilahnya hilang posisinya. Karena ini teknis, saya belum tanyakan sampai ke situ, ya. Kami upayakan saja dahulu, dan tidak bisa memberikan spekulasi terkait itu, dengan batal waktu sampai besok. Kami maksimalkan hari ini untuk segera bisa menangkap posisi-posisi," tuturnya.

Saat ini, pihaknya telah mengerahkan 21 KRI, termasuk KRI Alugoro dalam pencarian KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di Perairan Bali bagian utara.

"Adapun perkembangan terbaru bahwa KRI yang dikerahkan pada pencarian disebutkan ada 21 KRI. Jumlah ini sudah termasuk KRI Alugoro. jadi total jumlahnya 21 KRI," katanya.

Ia mengatakan bahwa pihaknya mendapat perbantuan dari kepolisian sebanyak empat kapal. Adapun kapal tersebut adalah Gelatik, Enggang, Barata, dan Balam.

"Kapal-kapal kepolisian ini juga dilengkapi dengan unit drone yang juga termasuk memiliki kemampuan sonar dua dimensi," ujarnya.

Selanjutnya, ada juga perbantuan terkait dengan kapal-kapal dari negara sahabat, salah satunya kapal MV Swift Rescue dari Singapura, yang diperkirakan tiba pada sore atau malam ini.

"Ada Mega Bakti dari Malaysia masih dalam perjalanan, HMAS Ballarat dari Australia, kemudian HMAS Sirius Australia, satu kapal dari India, dan kami harapkan Poseidon bisa merapat," tuturnya.

Tidak tanggung-tanggung, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun mengikuti serta memantau langsung pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 dari atas KRI Suharso, Jumat (23/4).

Sebelumnya, Kamis (22/4), Hadi Tjahjanto memimpin langsung pencarian kapal dari atas KRI Suharso.

Selain Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono juga akan mengikuti pencarian KRI Nanggala-402 dari atas KRI Suharso.

"Bapak Panglima Jumat siang ini juga akan berangkat ke sana untuk memantau dan mengikuti pencarian secara langsung. Sebagai informasi, Bapak Kasal juga berangkat menuju KRI Suharso," ucap Riad.

Dari rekaman video yang disiarkan oleh Puspen TNI, Kamis (22/4), Panglima berjanji pihaknya akan terus mencari KRI Nanggala-402 beserta seluruh prajurit dan kru kapal, yang totalnya 53 orang.

"Kami akan terus melaksanakan pencarian dan pertolongan serta mengerahkan segenap kemampuan untuk membawa pulang kembali saudara-saudara kita prajurit KRI Nanggala-402 kepada keluarga mereka," kata Panglima TNI kepada pasukan pencarian.

"Mari kita senantiasa berdoa semoga keluarga kita prajurit Nanggala-402 dalam kondisi selamat dan segera ditemukan. Tabah sampai akhir," ujar Hadi menambahkan.

Baca juga: Bantu cari kapal selam KRI Nanggala, Basarnas tambah satu kapal lagi

Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021