Fallujah, Irak (ANTARA News/AFP) - Sejumlah orang bersenjata membunuhtiga putri dan seorang cucu pemimpin Sufi di rumah mereka di daerahsebelah barat Baghdad, ibukota Irak, Rabu, kata walikota setempatkepada AFP.
"Orang-orang dengan senapan Kalashnikov dan roketanti-tank menyerang rumah dan tekiya (tempat suci Sufi) yang berdekatanpukul 10.00 (pukul 14.00 WIB)," kata Jassim al-Jumaili, walikotaAmariyah, sebelah selatan bekas benteng gerilyawan Arab Sunni, Fallujah.
"Tiga anak perempuan dan cucu perempuan dari Syeikh Mohammed al-Essawi tewas," kata Jumaili.
"Syeikh dan lima orang lain, termasuk istrinya, terluka," tambahnya.
Kelompok Sufi Kaznazani, yang populer baik di Irak maupun negaratetangganya, Iran, terkenal karena ritual dimana sejumlah pengikutnyamelukai diri mereka sendiri.
Itu merupakan bagian dari persaudaraan Qadiri, kelompok terbesar diIrak, dan mereka juga terkenal karena ritual musik genderangnya.
Pengikut Sufi adalah kaum kafir
Gerilyawan Sunni, termasuk loyalisAl-Qaeda, menganggap pengikut Sufi sebagai kaum kafir dan berulang kalimenyerang mereka sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Pada 2005, bom bunuh diri meledakkan sebuah kendaraan di luar sebuahtekiya di dekat Balad, sebelah utara Baghdad, menewaskan 10 orang danmelukai 12 lain.
Serangan Rabu itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat di Irak dalam beberapa waktu ini.
Tepat sepekan lalu, Rabu ( 7/7), serangan bom bunuh diri menewaskansedikitnya 30 peziarah Syiah Irak yang sedang dalam perjalanan menujusebuah tempat suci dan melukai 75 orang.
Serangan itu dilakukan ketika massa peziarah hendak mencapai sebuahjembatan dimana 1.000 orang Syiah tewas dalam kekacauan berdesakandalam acara ritual serupa pada 2005 setelah mereka mendengardesas-desus mengenai serangan bom.
Ketidakpastian politik setelah pemilihan umum 7 Maret telah menyulut peningkatan kekerasan dalam dua bulan terakhir.
Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit --tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dandalam negeri di Baghdad kepada AFP.
Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.
Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudianmenurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinyapeningkatan.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun laludalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedungpemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dankehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas danbisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkankekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikusberusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktulalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkanserangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat diBaghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamananakan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yangbertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yangperlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kotadi Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuanpasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangangerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknyabertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antaraorang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan,serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kinimasih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiahakan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiahyang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalamkekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010