Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Hatta Rajasa, membantah kenaikan tarif dasar listrik (TDL) rata-rata 10 persen pada Juli 2010 bisa menyumbang kenaikan inflasi senilai 1 sampai 1,5 persen, seperti yang disampaikan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu.
"Dampaknya tidak segitu, kenaikan TDL kemarin diperkirakan hanya berdampak inflasi 0,2 - 0,4 persen, karena kontribusi listrik terhadap pembentukan harga produk itu hanya sekitar 10 - 20 persen," kata Hatta usai rapat koordinasi dengan Bank Indonesia di Kantor BI Jakarta, Rabu.
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Mari Elka Pangestu, yang mendampingi Hatta menambahkan bahwa kontibusi listrik kepada produksi rata-rata hanya 5 persen, dengan pengecualian pada industri semen dan besi baja.
Sebelumnya Pjs Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Agus Supriyanto, mengatakan bahwa kenaikan TDL rata-rata 10 persen dapat berpotensi menaikkan inflasi 1 hingga 1,5 persen.
Agus juga mengatakan, dampak tersebut akan membuat inflasi di semester II akan lebih tinggi dibanding semester I tahun ini.
Dikatakan Hatta, kenaikan inflasi pada Juni sebesar 0,97 persen terutama disumbang kenaikan harga cabai yang mencapai 0,35 persen, sehingga untuk menguranginya harus diupayakan suplai cabai yang cukup.
"Saya juga bingung kok cabai memilik `share` yang begitu besar, ini faktor cuaca seharusnya panas saat ini," katanya.
Menurut ini, pemerintah sudah mengambil langkah untuk melakukan stabilisasi harga termasuk harga bahan pokok yang mulai merangkak naik, dengan terus meningkatkan pasokan dan menyiapkan beberapa tindakan untuk menekan harga.
"Itu sudah jadi tugas kita untuk melakukan stabilisasi harga pasar, kita sudah dapat laporan suplai kita cukup terutama beras masih ada 500 ribu ton. Tetapi, kalau di daerah tertentu kurang kita akan adakan operasi pasar," katanya.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010