Washington (ANTARA News) - Defisit perdagangan AS secara tak terduga melebar pada Mei untuk kedua bulan karena impor melampaui ekspor, kata pemerintah Selasa.

Kesenjangan perdagangan barang dan jasa naik 4,8 persen menjadi 42,3 miliar dolar dari 40,3 miliar dolar pada April, Departemen Perdagangan mengatakan dalam sebuah laporannya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Sebagian besar ekonom memperkirakan defisit turun menjadi 39,4 miliar dolar.

Impor naik 2,9 persen ke tertinggi 18-bulansebanyak 194,5 miliar dolar sementara ekspor naik 2,4 persen menjadi ke tertinggi 19-bulan yakni 152,3 miliar dolar.

Data terbaru menunjukkan bahwa perdagangan bisa menumpulkan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat meskipun peningkatan impor di ekonomi terbesar dunia itu menawarkan harapan untuk pemulihan ekonomi global, kata analis.

Itu "menunjukkan perdagangan akan menyeret pertumbuhan yang lebih besar pada kuartal kedua daripada yang kami antisipasi pertama," kata Aaron Smith, seorang ekonom senior dari Moody`s

Economy.com.

Ekonomi AS tumbuh sebesar 2,7 persen pada kuartal pertama 2010 tetapi analis memperkirakan ekspansi melambat tahun ini di tengah pengangguran yang tinggi disebabkan oleh resesi terburuk dalam beberapa dekade.

Sedangkan pelebaran defisit adalah "negatif" untuk produk domestik bruto AS, "itu adalah sebuah positif bersih bagi pertumbuhan global," kata analis Kimberly DuBord dari Briefing.com

Peningkatan impor AS didorong oleh barang-barang konsumsi, kendaraan bermotor, suku cadang dan mesin serta barang modal.

Data baru juga menunjukkan bahwa defisit perdagangan yang sensitif politik dengan China melebar 22,3 miliar dolar pada Mei dari 19,3 miliar dolar pada April, sebuah perkembangan yang bisa memicu seruan untuk percepatan apresiasi mata uang yuan China.

Tiga minggu setelah bank sentral China berjanji untuk mengendurkan kontrol mata uangnya di tengah tekanan internasional, Kementerian Keuangan AS mengatakan pekan lalu yuan tetap "undervalued" terhadap dolar.

Amerika Serikat telah menuduh Beijing mempertahankan mata uangnya tetap rendah terhadap greenback untuk keuntungan perdagangan.

"Untuk menjaga produk buatan China murah di rak-rak toko AS dan mencegah ekspor AS ke China, yuan Beijing undervalues sebesar 40 persen," kata Peter Morici, seorang profesor bisnis di University of Maryland.
(A026/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010