Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Perum Bulog Kantor Cabang Jember, Jawa Timur terus melakukan berbagai upaya untuk menjalankan perannya dengan maksimal, salah satunya menjaga stabilisasi harga dan meratanya penyebaran bahan pangan terutama beras sebagai salah satu komoditas yang utama dalam menjaga ketahanan pangan.

Kepala Perum Bulog Jember Budi Sutika mengatakan ada beberapa program dan kebijakan yang dilakukan untuk menjaga stabilisasi harga yakni program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) yang sudah dilakukan secara kontinyu untuk mengantisipasi kenaikan harga beras di pasaran.

Beras yang disiapkan dalam program KPSH tersebut merupakan beras medium dengan harga Rp8.300 perkilogram yang dijual kepada distributor dan retail secara eceran, sehingga program itu diharapkan bisa terus menahan harga beras di pasaran tetap stabil.

Program KPSH tidak dilakukan di sejumlah titik seperti tahun-tahun sebelum pandemi dengan mobile di beberapa pasar karena menghindari mobilisasi massa dan kerumunan yang dapat berpotensi penyebaran virus Corona.

Kendati demikian, beras tersebut sampai ke tingkat konsumen, sehingga masyarakat tetap bisa merasakan dampaknya dengan stok beras melimpah di pasaran dan harga beras relatif stabil.

Program KPSH tersebut dinilai berhasil karena selama pandemi COVID-19 tidak ada gejolak harga beras di Kabupaten Jember, bahkan selama pandemi harga beras terus stabil di pasaran dan menjadi salah satu penyumbang deflasi selama beberapa bulan terakhir di wilayah setempat.

Tidak berhenti disana, Bulog Jember juga menyiapkan stok beras dalam program pasar murah sesuai dengan permintaan dari beberapa lembaga seperti Disperindag dan Polres Jember yang akan melaksanakan pasar murah pada bulan Ramadhan 1442 Hijriah dengan segmen dan sasaran tertentu.

Untuk penyaluran bahan pangan pada Pasar Murah Ramadhan, pihak Bulog terus melakukan komunikasi dengan pihak terkait karena pasar murah merupakan kegiatan insdentil yang perlu dilihat lebih dulu kondisi dan situasi di lapangan.

Bulog Jember juga menyediakan paket-paket insidental seperti paket Ramadhan dan Lebaran karena biasanya jiwa sosial masyarakat selama bulan puasa cukup tinggi, sehingga hal itu diharapkan dapat menambah pasokan di tingkat masyarakat yang dapat menjaga stabilitas harga pangan.

"Tiga kegiatan yakni KPSH, pasar murah, dan paket insidental merupakan program Bulog Jember yang berkaitan dengan proteksi harga beras di tingkat konsumen yang juga upaya menjaga stabilisasi harga beras di tingkat hilirnya," katanya.

Selama pandemi, harga beras di pasar tradisional Jember stabil di kisaran Rp10 ribu hingga Rp12.500 per kilogram untuk beras kualitas medium hingga premium, bahkan selama Ramadhan juga tetap stabil, meskipun permintaan akan komoditas pangan itu cukup tinggi.

Ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan harga beras di Jember tetap stabil selama pandemi COVID-19 yakni banyaknya bantuan pemerintah terhadap warga yang terdampak pandemi dan stok Bulog Jember sebagai produsen melimpah, sehingga hal tersebut mempengaruhi psikologis pasar.

Jember sebagai salah satu lumbung pangan di Jawa Timur dan nasional karena secara geografis pertaniannya juga bagus, sehingga mampu mempengaruhi harga beras di pasaran tidak bergejolak karena ketersediaan komoditas beras cukup melimpah, bahkan Bulog Jember mengirim beras ke beberapa daerah di luar Pulau Jawa yang mengalami kekurangan beras.

Sementara itu, Kasi Pengembangan Usaha dan Promosi Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Disperindag Jember Eko Wahyu Septantono mengatakan beras menjadi salah satu komoditas kebutuhan pokok yang harganya relatif stabil dibandingkan komoditas lain selama pandemi.

Selama Ramadhan, harga beras juga tetap stabil karena pasokan melimpah dan stok beras di Bulog Jember juga banyak, sehingga ketersediaan beras di pasar tradisional aman.

Ia berharap harga beras terus stabil seiring dengan panen raya yang sedang berlangsung di Jember pada Maret-April 2021, bahkan Jember menjadi salah satu daerah lumbung beras di Jawa Timur.

Stabilisasi harga gabah

Tidak hanya menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen, Bulog Jember juga berusaha maksimal melakukan stabilisasi harga beras di tingkat produsen atau hulu, sehingga harga gabah yang dijual petani tidak anjlok saat panen raya.

Menurut Kepala Perum Bulog Jember Budi Sutika pihaknya harus tetap mempertahankan harga di tingkat produsen atau petani dengan terus melakukan penyerapan gabah sesuai harga yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2020.

Dalam Permendag itu menyebutkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp4.200 per kilogram, GKP tingkat penggilingan Rp4.250 per kilogram, gabah kering giling (GKG) tingkat penggilingan Rp5.250 per kilogram, GKG di gudang Bulog Rp5.300 per kilogram, dan beras di gudang Bulog sebesar Rp8.300 per kilogram.

Hingga memasuki pekan ketiga di bulan April 2021, Bulog Jember sudah menyerap hampir 7.000 ton setara beras dan serapan kumulatif tersebut merupakan tertinggi dibandingkan Bulog lain di Jawa Timur.

Budi mengakui komunikasi yang intensif dengan Dinas Ketahanan Pangan, petugas penyuluh lapangan (PPL), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menjadi salah satu solusi untuk menjaga kestabilan harga di tingkat produsen, sehingga tidak ada gejolak harga.

"Memang harus diakui di Kabupaten Jember menjadi salah satu jadi role model karena memang harga gabah relatif stabil dan tidak ada fluktuatif harga di tingkat petani," katanya.

Ketika ada laporan harga gabah anjlok, pihak Bulog bersama Dinas Ketahanan Pangan bersama PPL dan perwakilan KTNA/HKTI selalu turun untuk menindaklanjuti laporan dan rata-rata harga gabah anjlok karena kualitas panen petani yang kurang bagus akibat serangan hama atau terkena penyakit.

Bulog Jember juga menyiapkan lima gudangnya untuk pembelian beras dan gabah hasil petani selama panen raya, sehingga ia mengimbau para petani tidak perlu khawatir dengan harga jatuh akibat panen raya karena pihaknya akan membeli sesuai HPP tersebut.

Gabah yang dijual petani ke Bulog harus memenuhi sejumlah ketentuan yang sudah ditetapkan seperti kadar air dan hampa padi, sehingga ketika gabah tersebut tidak sesuai maka Bulog menyarankan petani untuk menjual ke penggilingan padi.

Sudah ada edaran bupati, agar mitra dan penggilingan menyerap gabah petani yang tidak bisa diserap oleh Bulog karena beberapa kriteria ketentuan, sehingga dalam surat edaran itu mewajibkan penggilingan menyerap gabah petani.

Untuk memaksimalkan penyerapan gabah dan beras petani, Bulog Jember juga melakukan kerja sama dengan mitra penggilingan yang melakukan penyerapan GKS di tingkat petani karena pihak penggilingan punya infrastruktur untuk mengolahnya menjadi GKG maupun beras, kemudian penggilingan menjual berasnya ke Bulog.

Bulog akan membuka seluas-luasnya untuk menerima gabah dan beras petani dengan harga yang sudah ditetapkan dalam Permendag, sehingga harga gabah tetap menguntungkan petani.

Pihak Bulog,memastikan stabilisasi harga gabah di tingkat petani dan harga beras di tingkat konsumen bisa berjalan dua-duanya, sehingga stabilisasi harga dari hulu ke hilir bisa terealisasi untuk mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Jember.

Stabilisasi harga di tingkat hulu juga diamini oleh Ketua KTNA Jember Sucipto yang mengatakan bahwa harga gabah pada saat panen raya pada Maret-April 2021 cukup bagus karena kualitas padi petani juga baik, sehingga petani bisa tersenyum lega.

Rata-rata panen petani sekitar 7-8 ton per hektare dengan luasan lahan pertanian di Kabupaten Jember sekitar 90.000 hektare, sehingga kabupaten setempat menjadi salah satu lumbung pangan yang menyuplai kebutuhan beras di Jawa Timur.

Menurutnya pihak KTNA sudah melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan Bulog untuk menyerap gabah atau beras petani, sehingga hingga pertengahan April 2021 tercatat sebanyak 400 ton beras milik anggota KTNA yang sudah diserap Bulog Jember.

Melalui koperasi KTNA Sejahtera, pihaknya sudah melakukan kerja sama dalam hal penyerapan gabah atau beras dengan mengirim 400 ton beras untuk diserap Bulog dengan ketentuan sesuai Permendag.

"Kami berharap kerja sama dengan Bulog tersebut dapat menjaga kestabilan harga gabah dan beras di tingkat petani, sehingga petani tidak dirugikan akibat harga anjlok yang biasanya terjadi saat panen raya," ujarnya.

Peranan Bulog menjaga stabilisasi harga gabah di tingkat petani cukup bagus karena sering melakukan koordinasi dan turun ke lokasi dengan pihak KTNA dan PPL ketika ada persoalan di lapangan.

Surplus beras
Letak geografis dan mayoritas penduduk Kabupaten Jember sebagai petani menjadikan kabupaten setempat menjadi salah satu lumbung pangan di Jawa Timur dan nasional, sehingga hampir setiap tahun mengalami surplus untuk pertanian terutama padi.

Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan hingga akhir Maret 2021 tercatat surplus beras sebanyak 200 ton berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, Holtukultura dan Perkebunan setempat, sehingga pihaknya mendorong surplus tersebut diupayakan untuk ditingkakan tiap tahunnya.

Para petani tidak boleh mengalami kerugian dan diharapkan saat panen ada jaminan stabilisasi harga jual yang menguntungkan di tingkat petani karena Bulog Subdivre Jember telah memberi fasilitas untuk menyerap gabah petani di lima titik untuk pembelian hasil petani.

Hendy juga menyatakan kesiapannya untuk melakukan sinergi dan kolaborasi dengan Bulog untuk meningkatkan produksi petani dan menjaga stabilisasi harga dari hulu hingga hilir demi kemajuan yang signifikan bagi sektor pertanian di Kabupaten Jember.

"Pemkab Jember tidak bisa bekerja sendirian untuk mewujudkan ketahanan pangan dan stabilisasi harga pangan, sehingga perlu sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak yang merealisasikan itu semua, termasuk Perum Bulog," tuturnya.

Baca juga: Dirut Bulog: Kami utamakan serap beras dalam negeri sebelum impor
Baca juga: Dampak COVID-19, Bulog tunda ekspor beras 100.000 ton ke Arab Saudi
Baca juga: Bulog usulkan anggaran pangan Rp19 triliun dalam APBN 2021

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021