Negara-negara Uni Eropa harus memutuskan apakah mereka (akan) berpartisipasi.Brussels (ANTARA) - Komisi Eropa sedang mengerjakan proses hukum terhadap AstraZeneca setelah perusahaan farmasi itu menghentikan pengiriman vaksin COVID-19 ke Uni Eropa, kata sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Aksi itu akan menandai langkah lebih lanjut dalam rencana Uni Eropa untuk memutuskan hubungan dengan AstraZeneca setelah perusahaan itu berulang kali memotong pasokan vaksin ke blok itu, yang berkontribusi pada penundaan besar dalam peluncuran vaksin di Eropa.
Berita tentang kasus hukum ini pertama kali dilaporkan pada Kamis oleh media Politico. Seorang pejabat Uni Eropa yang terlibat dalam pembicaraan dengan perusahaan-perusahaan farmasi mengonfirmasi bahwa Uni Eropa sedang mempersiapkan diri untuk menuntut AstraZeneca.
Baca juga: EU serahkan kebijakan penggunaan AstraZeneca pada setiap negara
Baca juga: EU ke AstraZeneca: Tak ada ekspor vaksin sampai kontrak kami terpenuhi
"Negara-negara Uni Eropa harus memutuskan apakah mereka (akan) berpartisipasi. Ini tentang pemenuhan pengiriman (vaksin) pada akhir kuartal kedua," kata pejabat itu.
Pada Rabu (21/4), masalah itu dibahas pada pertemuan dengan para diplomat Uni Eropa, kata pejabat itu dan seorang diplomat.
Politico, yang mengutip lima diplomat Eropa yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa mayoritas negara Uni Eropa pada pertemuan itu mengatakan mereka akan mendukung untuk menggugat AstraZeneca.
Sejauh ini tidak ada tanggapan langsung dari AstraZeneca untuk permintaan komentar. Seorang juru bicara Komisi Eropa juga belum memberikan komentar.
Brussels pada Maret mengirimkan surat resmi kepada perusahaan tersebut sebagai langkah pertama dari kemungkinan prosedur tuntutan hukum itu.
Ketika batas waktu untuk balasan berakhir bulan ini, juru bicara Komisi Eropa mengatakan masalah tersebut telah dibahas dalam pertemuan dengan AstraZeneca tetapi EU masih mencari klarifikasi lebih lanjut dari perusahaan itu tentang "sejumlah poin yang menarik perhatian".
Juru bicara itu tidak memberikan keterangan rinci lebih lanjut, tetapi rincian surat yang diterbitkan oleh surat kabar Italia Corriere della Sera menunjukkan Uni Eropa sedang mencari klarifikasi tentang hal yang dianggap oleh EU sebagai penundaan aplikasi ke regulatornya untuk persetujuan vaksin.
Brussels juga mempertanyakan bagaimana AstraZeneca menghabiskan dana lebih dari 224 juta euro (sekitar Rp3,92 triliun) yang diberikan oleh Uni Eropa pada September tahun lalu untuk membeli bahan-bahan vaksin dan untuk itu perusahaan belum memberikan dokumen yang cukup untuk mengonfirmasi pembelian tersebut.
Dalam sebuah kontrak, AstraZeneca telah berkomitmen untuk melakukan "upaya terbaik yang masuk akal" untuk mengirimkan 180 juta dosis vaksin ke Uni Eropa pada kuartal kedua, dengan total 300 juta dosis dalam periode dari Desember 2020 hingga Juni 2021.
Namun, perusahaan itu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 12 Maret bahwa pihaknya hanya akan mengirimkan sepertiga dari jumlah yang disepakati dalam kontrak itu. Surat dari Uni Eropa dikirim seminggu setelah pernyataan AstraZeneca tersebut.
Berdasarkan kontrak, para pihak setuju bahwa pengadilan Belgia akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan yang belum terselesaikan.
Uni Eropa telah memutuskan untuk tidak mengambil opsi untuk membeli 100 juta dosis ekstra vaksin AstraZeneca berdasarkan kontrak, kata seorang pejabat EU.
Keputusan itu dibuat setelah penundaan pasokan vaksin oleh AstraZeneca dan kekhawatiran keamanan tentang kasus pembekuan darah yang terkait dengan vaksin buatan perusahaan itu.
Sumber: Reuters
"Negara-negara Uni Eropa harus memutuskan apakah mereka (akan) berpartisipasi. Ini tentang pemenuhan pengiriman (vaksin) pada akhir kuartal kedua," kata pejabat itu.
Pada Rabu (21/4), masalah itu dibahas pada pertemuan dengan para diplomat Uni Eropa, kata pejabat itu dan seorang diplomat.
Politico, yang mengutip lima diplomat Eropa yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa mayoritas negara Uni Eropa pada pertemuan itu mengatakan mereka akan mendukung untuk menggugat AstraZeneca.
Sejauh ini tidak ada tanggapan langsung dari AstraZeneca untuk permintaan komentar. Seorang juru bicara Komisi Eropa juga belum memberikan komentar.
Brussels pada Maret mengirimkan surat resmi kepada perusahaan tersebut sebagai langkah pertama dari kemungkinan prosedur tuntutan hukum itu.
Ketika batas waktu untuk balasan berakhir bulan ini, juru bicara Komisi Eropa mengatakan masalah tersebut telah dibahas dalam pertemuan dengan AstraZeneca tetapi EU masih mencari klarifikasi lebih lanjut dari perusahaan itu tentang "sejumlah poin yang menarik perhatian".
Juru bicara itu tidak memberikan keterangan rinci lebih lanjut, tetapi rincian surat yang diterbitkan oleh surat kabar Italia Corriere della Sera menunjukkan Uni Eropa sedang mencari klarifikasi tentang hal yang dianggap oleh EU sebagai penundaan aplikasi ke regulatornya untuk persetujuan vaksin.
Brussels juga mempertanyakan bagaimana AstraZeneca menghabiskan dana lebih dari 224 juta euro (sekitar Rp3,92 triliun) yang diberikan oleh Uni Eropa pada September tahun lalu untuk membeli bahan-bahan vaksin dan untuk itu perusahaan belum memberikan dokumen yang cukup untuk mengonfirmasi pembelian tersebut.
Dalam sebuah kontrak, AstraZeneca telah berkomitmen untuk melakukan "upaya terbaik yang masuk akal" untuk mengirimkan 180 juta dosis vaksin ke Uni Eropa pada kuartal kedua, dengan total 300 juta dosis dalam periode dari Desember 2020 hingga Juni 2021.
Namun, perusahaan itu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 12 Maret bahwa pihaknya hanya akan mengirimkan sepertiga dari jumlah yang disepakati dalam kontrak itu. Surat dari Uni Eropa dikirim seminggu setelah pernyataan AstraZeneca tersebut.
Berdasarkan kontrak, para pihak setuju bahwa pengadilan Belgia akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan yang belum terselesaikan.
Uni Eropa telah memutuskan untuk tidak mengambil opsi untuk membeli 100 juta dosis ekstra vaksin AstraZeneca berdasarkan kontrak, kata seorang pejabat EU.
Keputusan itu dibuat setelah penundaan pasokan vaksin oleh AstraZeneca dan kekhawatiran keamanan tentang kasus pembekuan darah yang terkait dengan vaksin buatan perusahaan itu.
Sumber: Reuters
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021