Bogor (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor menghimbau warga masyarakat untuk mewaspadai wabah DBD pada musim kemarau basah yang terjadi saat ini.

"Musim kemarau basah tidak baik untuk kesehatan, kami menghimbau warga masyarakat untuk mewaspadai wabah penyakit, khususnya DBD," kata Eddy Darma Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes, Rabu.

Menurut Eddy musim kemarau basah memicu pertumbuhan jentik-jentik nyamuk. Hal ini dikarenakan hujan yang turun dengan curah tinggi tapi durasinya singkat menyebabkan timbulnya genangan air.

Pada musim kemarau basah ini, kondisi cuaca tidak menentu. Hujan yang turun secara tiba-tiba, lalu reda disertai panas, menjadi hal yang sangat disukai nyamuk untuk bertelur.

Melalui genangan-genangan air tersebut, kata Eddy menjadi media nyamuk untuk berkembang biak. Karena nyamuk berkembang biak di dalam air, sehingga siklus pertumbuhan nyamuk menjadi bertambah.

Berbeda dimusim hujan, intensitas hujan yang sering turun dengan durasi cukup lama, tidak menimbulkan genangan air, karena air mengalir bersama derasnya hujan.

"Justru kondisi cuaca yang tidak menentu seperti ini menjadi kesempatan nyamuk berkembang biak. Berbeda jika musim hujan airnya mengalir. Jadi tidak ada air yang menggenang, sehingga telur-telur yang dikeluarkan nyamuk hanyut bersama air," katanya.

Guna mencegah terjadinya wabah DBD warga dihimbau untuk mengoptimalkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilingkungan rumah masing-masing melalui 3M (menguras, mengubur dan menebarkan abate).

Dinkes Kota Bogor juga berupaya melalui pemberian bubuk abate gratis kepada seluruh masyarakat, mengoptimalkan kerja para kader puskesmas menyebarkan informasi tentang PSN.

"Kita juga melakukan fogging dikawasan-kawasan yang terdapat kasus," katanya sembari menambahkan upaya tersebut juga untuk mencegah penyebaran wabah cikungunya dan filariasis di Kota Bogor.

Eddy mengatakan, hingga pertengahan 2010, Dinkes mencatat jumlah kasus DBD yang terjadi dari bulan Januari hingga Juni akhir sebanyak 917 kasus, dua orang diantaranya meninggal.

Kasus tertinggi terjadi pada bulan Januari sebanyak 202 orang positif dan satu orang meninggal, menyusul bulan Maret sebanyak 183 orang positif dan satu orang meninggal. Mei sebanyak 170 orang positif, April 155 orang positif, Februari 126 orang positif dan Juni 79 orang positif.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor menyebutkan kemarau basah hampir mendominasi wilayah Jawa Barat. Berbebeda pada tahun sebelumnya, yang harusnya musim kemarau terjadi pada bulan Mei, kali ini bergeser di bulan Juli.

"Biasanya musim kemarau itu kering, tapi kali ini kemarau basah. Kondisi ini tidak baik untuk kesehatan dan cocok tanam," kata Agus Heru staf Analisa BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga.

Agus mengatakan, kemarau basah disebabkan oleh pengaruh global atau Elnina. (LR/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010