Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak para generasi muda memperkuat nilai-nilai kebangsaan, khususnya menuju era generasi lima atau 5G, yang akan menjadi rujukan paradigma dalam membangun peradaban dan kebudayaan baru.
"Karakteristik teknologi 5G menawarkan berbagai keunggulan. Antara lain kecepatan dan kapasitas data yang lebih tinggi hingga 20 giga per detik dengan kebutuhan waktu akses layanan tunda kurang dari 1 milidetik. Bisa dibayangkan betapa banyak efisiensi waktu yang dapat kita optimalkan," kata Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Baca juga: MPR: Masyarakat tidak ikut berspekulasi terkait KRI Nanggala-402
Hal itu dikatakan Bamsoet dalam Webinar 'Mempersiapkan Pemuda Indonesia Menuju Era 5G', sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama SAPMA PP (Satuan Pelajar-Mahasiswa Pemuda Pancasila), di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan derasnya laju modernitas zaman telah menghadirkan berbagai lompatan kemajuan di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Lompatan itu menurut dia terasa nyata dalam proses migrasi aplikasi teknologi komunikasi seluler, mulai dari generasi kedua atau 2G, kemudian beralih ke 3G, dan selanjutnya 4G LTE (Long Term Evolution).
"Di saat belum selesai mengadopsi dan menikmati berbagai modernitas dan transformasi digital yang ditawarkan teknologi 4G LTE, kini kita dipaksa untuk mengenal teknologi komunikasi seluler generasi lima atau 5G, yang akan menjadi rujukan paradigma dalam membangun peradaban dan kebudayaan baru," ujarnya.
Menurut dia, meskipun kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatan internet pada semua lini kehidupan telah menawarkan banyak kemudahan dan efisiensi, namun masyarakat juga harus tetap waspada.
Politisi Partai Golkar itu menilai jika tidak bijaksana dalam menyikapi, kemajuan teknologi tersebut tidak hanya menghadirkan kemubaziran namun juga berpotensi memberikan dampak negatif.
Baca juga: Ketua MPR tegaskan urgensi keberadaan Pendidikan Pancasila
"Kemubaziran tersebut dapat dilihat dari fakta bahwa besarnya angka penetrasi internet oleh generasi muda sebesar 85,62 persen namun tidak berbanding lurus dengan pemanfaatan yang optimal. Survei Kementerian Tenaga Kerja pada tahun 2018 mencatat sekitar 90,61 persen pemuda menggunakan internet hanya untuk media sosial dan jejaring sosial," katanya.
Selain itu dia menilai, pesatnya kemajuan teknologi juga berpotensi memberikan dampak negatif misalnya lahirnya generasi yang cenderung bersikap anti sosial.
Menurut dia, daya magis modernitas zaman yang direpresentasikan oleh hadirnya gadget canggih yang kaya fitur, membuat generasi muda menjadi terlalu asyik dengan dunianya sendiri, sehingga cenderung abai dan acuh terhadap realita sosial dan kondisi lingkungan di sekitar mereka.
"Sisi gelap kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga dapat dirasakan dari maraknya hoaks yang meresahkan masyarakat, serta derasnya gelombang tantangan kebangsaan yang semakin sulit dibendung," katanya.
Bamsoet menilai paham radikal, sikap intoleran, dan berbagai arus pemikiran yang mengabaikan ideologi serta menggerus nilai-nilai kearifan lokal, begitu mudahnya terbawa arus globalisasi yang mendompleng kemajuan teknologi informasi, dan menyasar generasi muda bangsa.
Baca juga: Bamsoet: Sikap saling hormati kunci kerukunan antar-umat beragama
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2021