Sangata (ANTARA News) - Puluhan petani jagung di Kutai Timur hanya bisa menatap sedih puluhan hektar lahan pertanian mereka yang gagal panen akibat terjangan air banjir beberapa waktu lalu.
"Sedih sekali nasib kami untuk kali ini karena modal pun habis akibat tidak ada yang bisa diambil dari tanaman jagung tersebut yang rusak akibat banjir," tutur salah seorang petani jagung di Teluk Pandan, Kutim, Azis (31) di Sangata, Selasa.
Kepada ANTARA saat ditemui dipondoknya yang beratap daun nipah dengan hanya berukuran 3x5 meter di Jalan Pendidikan Sangata pria itu mengungkapkan perasaan sedih akibat gagal panen tersebut.
"Tidak kurang 30 hektare kebun jagung milik petani rusak dan gagal panen," katanya.
Banjir yang merusak tanaman petani itu, kata dia bukan hanya terjadi sekali namun beberapa kali sehingga benar-benar menghancurkan jerih payah puluhan petani di kawasan itu.
"Banjir yang terjadi bukan sekali saja untuk kali ini namun berulang-ulang," tuturnya didampingi istri, Rubiah dan ketiga anaknya.
Padahal dalam kondisi normal, mereka bisa mendapatkan jagung kering dua ton per hektar.
Petani menjual jagung kering itu yang biasanya langsung kepada pengumpul yang datang ke rumah mereka, yakni antara Rp2.000 sampai Rp2.500 per kilogram.
Hal senada diungkapkan petani jagung yang lain, Ramli sehingga mereka berharap agar Pemerintah Kabupaten Kutim bisa memberikan bantuan bibit dan obat-obatan untuk meningkatkan hasil petani.
"Menutupi kerugian ini, maka kami berharap agar Pemkab Kutim bisa membantu memberikan pupuk dan obat-obatan sehingga hasil panen ke depan produksinya bisa meningkat lebih dari dua ton per hektar," ujar Ramli.
Petani yang mengaku berasal dari Sulawesi Tengah itu berharap agar Pemkab juga membantu petani mencari pasar atau pedagang pengumpul yang menawarkan harga lebih baik. (ADI/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010