Jakarta (ANTARA News) - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, memuji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena tidak pernah mempengaruhi atau mengintervensi mahkamah tersebut dalam memutus perkara.
Padahal, menurut Mahfud dalam pidato pembukaan Konferensi ke-7 Hakim konstitusi Asia di Istana Negara, Jakarta, Selasa, Presiden sebenarnya memiliki banyak kepentingan dengan perkara yang ditangani oleh MK, mulai dari uji materi undang-undang sampai perkara pemilu legislatif dan pemilihan kepala daerah.
"Untuk itu, kita berterimakasih, menghargai dan menghormati Presiden yang sangat patuh konstitusi dan menghayati pentingnya Mahkamah Konstitusi dalam membangun dan meletakkan konstitusi di negara kami," ujar Mahfud.
Dalam pidatonya, Mahfud juga mengklaim MK dapat membangun kepercayaan masyarakat karena dapat bekerja secara independen dan imparsial.
Namun, dia mengakui, independensi dan imparsialitas MK dapat terbangun bukan semata-mata karena keteguhan dan sikap bebas hakim konstitusi dari pengaruh eksternal.
"Melainkan juga karena institusi di luar MK tidak berusaha melakukan intervensi," ujar Mahfud.
Pada negara-negara transisi yang menuju penerapan demokrasi penuh termasuk Indonesia, menurut Mahfud, lembaga MK sangat penting untuk mengawal konstitusi sebagai hukum dasar bernegara tertinggi.
Selain itu, MK juga berperan membangun demokrasi di Indonesia serta penyelenggaraan pemilu yang lebih baik karena turut serta memutus perkara sengketa hasil pemilu.
Konferensi hakim konstitusi Asia diselenggarakan selama dua hari di Jakarta, dihadiri perwakilan dari 26 negara membahas perkembangan hukum pemilu.
Indonesia terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan konferensi karena dinilai berhasil dalam menangani masalah pemilu dan menjadi contoh dalam penanganan perkara pemilu karena Mahkamah Konstitusi di negara lain belum ada yang menangani persoalan tersebut.
Konferensi diselenggarakan untuk bertukar pengalaman serta saling mempelajari sistem pemilu di negara masing-masing peserta.
(T.D013/S023/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010