Jakarta (ANTAR News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, tiga Pemilu terakhir pada 1999, 2004, dan 2009 adalah yang lebih banyak memenuhi norma dan kaidah demokrasi secara universal.

Dalam pidato pembukaan konferensi ke-7 hakim konstitusi Asia di Istana Negara, Jakarta, Selasa, Presiden mengatakan Indonesia masih terus meningkatkan kualitas Pemilu dengan belajar dari Pemilu yang telah diselenggarakan serta melirik pengalaman negara-negara lain.

Kepada peserta konferensi ke-7 hakim konstitusi dari 26 negara, Presiden mengatakan, Indonesia tidak hanya menganut nilai-nilai demokrasi universal namun juga mempertahankan nilai-nilai lokal.

Untuk penyelenggaraan Pemilu yang menghasilkan kehidupan demokrasi dan supremasi hukum, Presiden menekankan pentingnya sebuah UU Pemilu yang mengandung aturan hukum yang jelas.

UU Pemilu, lanjut dia, harus dipublikasikan secara luas dan dimengerti oleh rakyat serta tidak berubah-ubah untuk melindungi hak-hak dasar dan menjamin kepastian.

"Kita ingin tentunya UU Pemilu memenuhi kaidah-kaidah itu," ujar Presiden.

Menurut dia, sebuah UU Pemilu yang baik juga harus memenuhi nilai-nilai kebebasan dan persamaan warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.

"Sebuah UU Pemilu haruslah membuat Pemilu bisa diselenggarakan dengan baik dan berkualitas sesuai dengan kaidah rule of law dan tidak kalah pentingnya juga memenuhi nilai-nilai freedom dan equality of people to participate in politics," tuturnya.

Presiden menyebutkan, setidak-tidaknya terdapat tiga syarat untuk kesuksesan sebuah Pemilu, yaitu UU Pemilu yang baik, Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kredibel, serta partisipasi rakyat yang tinggi dan berkualitas.
(T.D013/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010