"Tingginya permintaan masyarakat terhadap buku karya Harry Kawilarang itu membuat pihak penerbit untuk menambah jumlah cetakan," kata Manajer Bandar Publishing Lukman Emha di Banda Aceh, Senin.
Buku "Aceh dari Sultan Iskandar Muda (SIM) ke Helsinki" pada penerbitan pertama dicetak sebanyak 2.000 eks dan selanjutnya ditambah 2.000 eks lagi.
Dijelaskannya, buku yang tebalnya 230 halaman itu telah mendapat sejumlah koreksi dibandingkan buku cetakan pertama seperti profil partai lokal.
"Penambahan yang kita lakukan itu merupakan hasil koreksi dan masukan terhadap fakta yang relefan," jelasnya.
Menurutnya, sejumlah koreksi tersebut merupakan tanggung jawab untuk memberikan informasi yang benar dan terbaik kepada para pembaca.
Buku karya wartawan senior asal Manado yang dieditori Murizal Hamzah tersebut pada pengantarnnya ditulis oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Dalam kata pengantar berjudul "menguak sejarah di bawah karpet" Irwandi mengupas tentang perjalanan sejarah Aceh yang dinilainya ditutupi.
"Saya tidak tahu pasti mengapa sejarah Aceh mesti disimpan di bawah karpet. Sejarah itu harus ditulis apa adanya meski itu pahit," kata Lukman mengutip perkataan Irwandi.
Ia berharap cetakan kedua tersebut dapat menjangkau seluruh daerah, guna memberikan pemahaman tentang perjalanan sejarah Aceh.(*)
KR-IFL*BDA1/H011
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010